bab 7

351 62 36
                                    

Happy reading

.

.

.

.

.

      Mawangga masih terdiam duduk di kamar tidurnya, pria itu bahkan tak mengeluarkan sepatah katapun semenjak apa yang terjadi di antara dirinya dan Kayana saat itu.

      Mawangga bahkan bak pria yang terkena mantra sihir dan tak bisa berkata apapun saat ini, bahkan perbuatannya itu membuat sang sekretaris mengerutkan keningnya heran. Pasalnya Mawangga akan mengomelinya sepanjang waktu jika ada sedikit kesalahan yang wanita itu lakukan, namun hari ini pria itu bahkan hanya berdiam saja saat sang sekretaris lupa membawa dokumen yang dia inginkan.

" Taruh saja di mejaku besok".

      Hanya itu yang Mawangga katakan tadi, dan sekarang apa yang pria itu lakukan di rumah saat matahari bahkan masih dengan gagahnya bersinar.

Tok....tok...tok....

      Suara ketukan terdengar dari pintu ruangan kamar milik Mawangga membuat atensi pria itu teralihkan, terlihat seorang wanita paruh baya kini menatap padanya dengan raut wajah khawatir.

" Kau sedang sakit nak?".

      Mawangga hanya menggeleng pelan membuat wanita itu semakin mengernyit heran.

" Kenapa kau sudah datang jika tidak sedang sakit nak? Apa ada sesuatu yang terjadi antara kau dan Monica?".

" Tidak ada apa apa ma, aku hanya sedikit lelah saja".

" Benarkah hanya itu? Angga mama hanya....".

" Bolehkah aku berlibur ma?".

      Wanita di depan Mawangga kembali mengernyit heran, sebuah kalimat yang bahkan tak pernah Mawangga katakan kini keluar begitu saja dari mulut pria itu.

" Katakan pada mama apa yang terjadi Mawangga...mama tahu ada sesuatu yang saat ini kau pikirkan".

" Tidak...aku hanya...".

" Dengar nak, aku sudah menjadi ibumu selama 28 tahun. Lalu kau pikir aku tidak tahu apa kebiasaan anakku? Katakan ada apa? Apa ini tentang monica? Atau tentang perasaan lain yang saat ini tak bisa kau jelaskan?".

     Mawangga menatap sosok wanita paruh baya di depannya, hingga akhirnya pria itu hanya tersenyum tipis.

" Baiklah...katakan siapa dia? Wanita seperti apa dia?".

" Dia....".

" Seorang pria?".

" Ma....".

" Jadi benar dugaanku, apa dia pria yang terus kau tatap di pesta ulang tahun Monica malam itu?".

" Ma....".

" Akhh jadi benar...jadi dia yang membuatmu seperti ini sekarang?".

" Ma....Angga hanya tidak suka melihatnya terus berada di dekat Monica, hanya itu saja. Aku tak menyukainya, mama tahu bukan jika dia dan aku sama sama seorang pria...bagaimana bisa mama bilang aku menyukainya".

      Wanita paruh baya di depan Mawangga hanya tersenyum tipis sembari terus menatap wajah sang anak.

" Benarkah hanya itu yang kau rasakan?".

Poison of Flower (Diterbitkan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang