bab 1

993 89 31
                                    

Haloo guys sebelum baca author mau kasih info soal story ini...

Alur di story ini tuh alur maju, mundur nanti bakal maju lagi....jadi jangan bingung ya guys 🤭🤭

Jadi maju mundur cantik gitu pokoknya kek lagu princess 😁😁

Dan ya di story ini akan banyak kata kata kiasan yang author selipkan, author nya mau coba coba romantis dikit lah 🤣🤣

So semoga kalian suka sama story baru author ini, inget jangan sangkut pautkan semua cerita fiksi ini ke dunia  real ya guys...kita harus sehat dalam berpikir...

Dan ya, ini murni karya author bukan hasil copas ya...suka trauma sih pas ada author yang karyanya dibilang copas padahal itu murni pemikiran sendiri.

Happy reading

.

.

.

Bagaikan kupu kupu yang tak ingin kelahirannya hanya bertahan sekejap saja saat semua usaha sudah dia lakukan. Juga...Bagaikan bunga lili yang tak ingin mudah layu saat kuncupnya baru saja mekar dan melihat dunia.

Begitu juga denganku yang tak ingin semua kenangan indah kita harus berakhir secepat ini tanpa aku tahu apa alasan dibalik semua itu.

Hah

Mawangga menghela nafas pelan saat membaca sebuah tulisan di buku kecil miliknya, sebuah buku yang sang kekasih berikan padanya saat itu.

Tidak lebih tepatnya mantan kekasih, sosok mantan kekasih yang dulunya tak berniat untuk dijadikannya tuan pemilik hatinya saat dia sudah memiliki wanita cantik sebagai tunangan di sisinya.

Namun entah mengapa sosok yang sama sekali tak dikiranya itu mampu membuat hatinya berpaling, bahkan hingga saat ini semua kenangan dan juga senyumnya masih melekat tepat dihatinya.

Lalu kenapa dulu sosok itu bahkan terlihat sangat menggoda di mata Mawangga hingga hatinya terjerat terlalu dalam hingga dengan teganya sosok itu pergi meninggalkannya dengan rasa sakit yang memenuhi hatinya.

Bukan salahku

Itu yang selalu Mawangga ucapkan pada sosok itu saat Kayana dengan wajah seriusnya meminta perpisahan mereka, tak tahukah pria manis itu jika dirinya sangat terluka dengan permintaannya itu?

Tak sadarkah Kayana jika hubungan mereka tak bisa diputuskan begitu saja saat Mawangga bahkan tak mampu bertahan hidup tanpa sosok itu?

Ah sudahlah...

Meski beribu alasan yang Mawangga katakan agar perpisahan itu tak terjadi tetap saja Kayana menolaknya, sosok itu bahkan tiba tiba saja lenyap bak ditelan bumi entah dimana meninggalkan hati Mawangga dengan segala racun di hatinya.

Bak racun dari setangkai bunga hemlock yang bisa membunuh seseorang dengan wajah yang masih tersenyum, ironi bukan.

Harusnya Mawangga tahu saat Kayana mengatakan jika dia sangat menyukai bunga itu, bunga yang tumbuh begitu saja di sebuah ladang kosong di dekat sebuah tempat yang menjadi saksi kisah cinta mereka.

Poison of Flower (Diterbitkan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang