bab 16

333 57 36
                                    

*** inget lagi alur maju mundur tanpa ada noted pada sebuah kejadian ya...jangan berharap akan ada kata petunjuk seperti flashback On, beberapa hari kemudian dll 🤭🤭🤭

Happy reading

.

.

.

.

.

Sebuah warna dasar akan berubah jika kau mencampurnya dengan warna lainnya, begitu juga arti sebuah cinta. Arti cinta akan berubah jika kau mencampurnya dengan rasa lain di hatimu, sebuah rasa yang bahkan akan mengikis rasa cinta itu perlahan namun pasti.

Sebuah rasa yang bisa membuatmu lebih terluka dibanding hidup tanpa cinta, sebuah rasa yang bisa membunuh siapapun entah itu pelaku ataupun korbannya....

Sebuah rasa yang kau sebut "Pembalasan dendam".

Bukankah itu sangat ironi? Ya terdengar menenangkan jika orang yang terluka melakukan itu pada orang yang telah menyakitinya, namun sejauh apa kepuasaan yang kau dapatkan setelahnya.

Tak ada...

Hanya ada sebuah luka lain yang akan kau rasakan, hanya ada sebuah penyesalan lain yang akan muncul nantinya. Tak bisakah kau membiarkannya pergi begitu saja dan menggantikan dengan rasa baru?

~~~~~~~~☀🌻💕~~~~~~~~~

" Kau gila Mawangga?".

Bagaskara menatap tajam pada Mawangga yang saat ini sudah berdiri di depan ruangan kerja pria itu, ya setelah kejadian Bagaskara mengetahui keintiman pria itu dengan Kayana baru hari ini Mawangga menemui pria itu.

Sebenarnya Kayana sudah meminta Mawangga untuk kembali dan mengejar sahabatnya itu, namun nyatanya pria tampan itu memilih bersama Kayana. Bahkan menghabiskan waktu bermanja sembari melepas rindunya pada sosok itu meski kegiatan panas yang semula akan terjadi pada akhirnya tak mereka lakukan.

Bukan karena Mawangga tak menginginkannya, tapi lebih pada Mawangga tak ingin menambah kekhawatiran Kayana saat ini tentang hubungan mereka.

" Kau tahu kak, hubungan kita bagaikan bunga ini".

" Kenapa begitu?".

" Hubungan kita seakan racun yang bisa membunuhku perlahan".

Mawangga mengernyit heran menatap Kayana yang kini menunduk dengan wajah sendu, seandainya Mawangga tahu jika raut wajah itu ternyata hanya palsu apa yang pria itu rasakan.

Namun kegilaan Mawangga pada sosok Kayana tak mampu membuat mata pria itu bisa melihat jika Kayana adalah aktor terbaik dalam kehidupan cintanya.

" Kenapa kau mengatakan itu?".

" Hah".

Kayana menghela nafasnya, menatap wajah Mawangga dengan dua belah tangan yang kini membelai lembut pipi pria tampan itu.

" Awalnya aku tak tahu apa yang nanti akan terjadi jika aku memaksa bersamamu...tidak, bukan tak tahu tapi aku mencoba tak ingin tahu jika suatu saat nanti aku akan terluka dengan hubungan kita ini".

Poison of Flower (Diterbitkan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang