bab 27

282 66 40
                                    

Edisi mengandung bawang 🤭🤭...

Happy reading

.

.

.

.

Marsha menatap gedung tinggi di depannya saat ini dengan wajah penuh keyakinan, kakinya melangkah menuju meja resepsionis di depannya saat ini.

" Bisakah aku bertemu dengan tuan Tara Atmajaya".

" Apa anda sudah mempunyai janji dengan beliau sebelumnya nyonya?".

" Belum, tapi katakan saja Marsha Kalina ingin menemuinya".

" Baik nyonya".

Wanita muda di depan Marsha kini terlihat mengambil gagang telepon dan mencoba menghubungi ruangan Tara, hingga tak lama sebuah anggukan terlihat dari pegawai itu.

" Silahkan naik nyonya, tuan Tara menunggu anda di ruangannya saat ini".

" Terima kasih".

Wanita itu mengangguk pelan, sembari terus menatap Marsha yang mulai memasuki lift.

Ting

Bunyi lift terdengar, itu artinya Marsha sudah di tiba di lantai yang ingin dia tuju. Marsha melangkahkan kakinya keluar hingga matanya menatap sosok seorang wanita yang tersenyum menyambut kedatangannya.

" Nyonya Marsha, tuan Tara sudah menunggu anda".

" Terima kasih".

" Sama sama nyonya".

Marsha memasuki ruangan Tara setelah beberapa kali ketukan dilakukan oleh sang wanita hingga sebuah suara terdengar dari dalam ruangan itu.

" Masuk".

" Maaf tuan, nyonya Marsha sudah ada di sini".

" Persilahkan dia masuk...dan ya terima kasih".

Wanita itu mengangguk pelan dengan senyuman yang masih terus mengambang di wajahnya, tak lama wanita itu mempersilahkan Marsha memasuki ruangan itu. Hingga mata Marsha menatap sosok pria muda di hadapannya dengan wajah tersenyum.

" Nyonya Marsha Kalina silahkan duduk....saya benar benat tidak menyangka jika akhirnya saya bisa bertemu dengan anda".

" Sepertinya anda sudah mengenal siapa saya tuan Tara, tapi ijinkan saya memperkenalkan diri kembali..saya Marsha dan saya adalah ibu dari Mawangga. Anda tidak asing dengan nama itu bukan".

" Tentu saja nyonya, selain saya tahu siapa putra anda Mawangga, saya juga tahu siapa anda...anda menjadi topik perdebatan terakhir antara paman dan bibi saya, hingga akhirnya bibi saya memilih mengakhiri hidupnya saat itu".

" Maaf saya....".

" Tidak apa apa nyonya, semuanya adalah takdir buruk hidupnya...hmm...jadi ada urusan apa anda datang kemari, jika ini menyangkut keberadaan Kayana lebih baik anda mengurungkan niat itu. Saya tak ingin adik saya terpaut takdir yang tidak baik di antara keluarga kita lagi".

" Saya tahu ini tidak mudah bagi kalian, tapi saya kemari karena ingin mengakhiri takdir naas di antara keluarga kita. Saya ingin Mawangga dan Kayana bersama, anda tahu bukan jika mereka saling mencintai".

Poison of Flower (Diterbitkan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang