Happy reading
.
.
.
.
Kayana memasuki sebuah restoran tempat di mana dia akan bertemu dengan sosok wanita yang menjadi ibu dari sang kekasih, Marsha.
Terlihat di sana Mawangga yang mulai tersenyum sembari berdiri menyambut kedatangannya saat ini dengan antusias, di sampingnya sudah duduk wanita paruh baya yang ikut tersenyum di sana membuat dada Kayana terasa sesak saat ini.
" Maaf kak, aku membuat kalian menunggu cukup lama. Aku harus mengurus Aiden terlebih dahulu".
" Tidak apa apa sayang, lagipula aku dan ibu punya banyak waktu...benarkan ibu?".
Wanita paruh baya itu mengangguk pelan, dengan wajah yang masih tersenyum tipis. Kayana kini sudah duduk di depan Mawangga, menatap beberapa menu makanan yang dia sukai di hadapannya. Kayana tahu jika Mawangga yang sengaja memesan menu makanan itu saat ini, sebuah perhatian kecil yang bahkan membuat Kayana semakin aneh saat ini.
" Ada sesuatu yang ingin ibu bicarakan?".
" Bukan hal penting hanya ingin melihat keadaanmu setelah kepergian kalian berdua, Mawa mengatakan jika kau memenangkan perlombaannya kembali...benar?".
" Benar bu".
Wanita itu mengangguk pelan, sembari mengambil beberapa makanan untuk di berikan pada piring Kayana.
" Mawangga bilang, semua ini makanan kesukaanmu. Aku tak tahu jika Mawangga sudah mengetahui ini di saat hubungan kalian yang masih terbilang sangat singkat Kayana".
Kayana hanya terdiam, tak berniat menjawab pertanyaan itu. Pria manis itu tahu kemana arah pembicaraan itu saat ini.
" Jadi apa kalian sudah memutuskan untuk menikah?".
" Ibu...sudah ku katakan bukan jangan membahas masalah itu, aku dan Kayana...".
" Biarkan ibu bicara dengan Kayana, Angga. Bisakah kau pergi dan tak menganggu kami?".
" Tapi aku..."
Mawangga melakukan protes saat sang ibu kini menyuruhnya pergi dari sana saat ini.
" Kak, tidak apa apa...ibu benar, biarkan kami bicara. Lagipula aku tahu kakak harus mengurus beberapa pekerjaan bukan".
" Sayang aku...".
" Kenapa? Kau takut aku memberikan banyak uang pada Kayana untuk meninggalkanmu seperti dalam drama korea?".
" Ibu...bukan...".
" Jadi pergilah Mawangga, aku tak akan melakukan hal sia sia seperti itu pada kekasihmu ini".
Mawangga tertunduk lesu dengan wajah cemberut, meski setelahnya pria itu kini beranjak berdiri dari tempatnya. Pria itu sudah akan melangkahkan kakinya pergi sebelum kembali berbalik dan mencium pipi Kayana di depan sang ibu membuat wanita muda itu menggeleng pelan, berbeda dengan Kayana yang saat ini membelalakkan matanya terkejut dengan aksi tiba tiba Mawangga di depan wanita di hadapannya.
" Aku mencintaimu, dan jangan terima uang dari ibu karena uangku lebih banyak...kau tahu sekaya apa diriku bukan".
" Kak..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Poison of Flower (Diterbitkan)
Romancebalas dendam mampu membuat seseorang tak menyadari jika tindakannya itu bukan hanya membuat orang lain terluka namun juga dirinya sendiri. tersadar bahwa sebuah balas dendam juga mampu membuat dirinya terluka, seorang pria menyesali perbuatannya it...