bab 12

338 63 31
                                    

Happy reading

.

.

.

.

.

.

Dorr

Kayana terbangun dari tidurnya dengan wajah berkeringat dan juga nafas tersenggal, pria itu kembali mengalami mimpi buruk saat ini. Entah apa yang terjadi hingga mimpi itu kembali hadir di sana saat ini setelah sekian lama mimpi itu tak datang.

Kayana beranjak dari ranjangnya, pria itu melangkah perlahan menuju ke dapur. Kayana mencoba menghidupkan lampu namun nihil, lampu itu tak bisa dihidupkan. Sepertinya ada petir yang membuat saluran lampu di kota di matikan, terbukti masih terdengar beberapa suara petir yang saat ini bergemuruh di atas langit.

Kayana membuka lemari pendingin, pria itu sudah akan meneguk segelas air di sana sebelum matanya menangkap sosok pria dengan tubuh basah berdiri tepat di depan rumahnya dari balik jendela rumahnya. Kayana tercekat, saat dia tak mampu mengenali sosok itu.

Kayana mundur beberapa langkah hingga suara petir kembali menyambar membuat sosok itu menunduk dengan tubuh bergetar. Kayana hanya bisa diam, menatap penuh selidik siapa sosok itu hingga cahaya petir membuat Kayana bisa melihat siapa sosok itu.

" Mawangga....sial kenapa dia bisa berada di sini?".

Kayana melangkah cepat menuju ke pintu setelah sebelumnya pria itu mengambil lampu penerangan.

" Tuan Mawangga".

Mawangga mendongak, menatap pria tampan di depannya dengan senyuman mengembang di wajahnya saat ini. Sedangkan Kayana kini mulai bergegas membantu Mawangga berdiri dari tempatnya dan membawa pria itu memasuki tempat tinggalnya.

" Tuan Mawangga apa yang terjadi?".

" Aku merindukanmu Kayana".

Bruk

Mawangga terjatuh dilantai membuat Kayana hanya bisa menatap pria itu bingung, hanya satu di benak Kayana bagaimana jika pria itu saat ini mati di rumahnya. Kayana menghela nafas pelan sebelum akhirnya pria itu menempelkan ujung jarinya pada hidung Mew.

" Hah...syukurlah kau belum mati".

Kayana membawa tubuh besar Mawangga ke dalam kamar dengan susah payah, meski mereka sama sama pria tapi tubuh Mawangga terlihat lebih berotot di banding dirinya membuat Kayana hampir saja kehilangan pinggangnya.

Kayana merebahkan Mawangga di salah satu sofa yang ada di sana, dia tak mungkin menaruh Mawangga di atas tempat tidur saat tubuh pria itu masih basah kuyup. Kayana menghela nafas pelan, dia tak tahu harus bagaimana saat ini, mengganti baju Mawangga atau membiarkan pria itu begitu saja.

Kayana berulang kali memutar otaknya hingga akhirnya dia memilih mengganti seluruh pakaian Mawangga dengan mata tertutup agar Mawangga tak benar benar mati saat dirinya belum selesai dengan balas dendamnya.

Matanya sudah menutup rapat hingga petir kembali membuat pria itu terkejut dan membuka matanya, sialnya kini mata Kayana bahkan bisa melihat perut berkotak Mawangga karena cahaya petir.

" Akhh sial...kenapa perutnya sangat seksi, membuatku iri saja".

Kayana bergegas mengganti baju Mawangga, pria itu bahkan sudah membuat Mawangga berbaring di tempat tidurnya. Sedangkan Mawangga meski kini sudah tersadar dari pingsannya, pria itu tak mampu membuka matanya.

Poison of Flower (Diterbitkan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang