Young Hoon masih sibuk dengan rancangannya. Sudah tiga hari ia lembur. Ia ingin segera menyelesaikannya. Matanya sudah mulai tidak fokus, ia juga sudah lelah. Young Hoon melirik jam dinding. Pukul 2 dinihari. Young Hoon menguap untuk kesekian kalinya. Ia mengedarkan pandangannya. Yuna sudah terlelap. Gadis itu memeluk bantal dan Young Hoon tersenyum karenanya. Young Hoon meraih kamera kesayangannya dan menjadikan istrinya sebagai objek jepretannya. Young Hoon memang sering memotret Yuna secara diam-diam. Foto Yuna tertidur adalah foto terbanyak yang Young Hoon miliki. Karena saat Yuna tidur, Young Hoon bisa mengambil foto sebanyak-banyaknya.
Muncul ide lain di kepalanya sehingga Young Hoon meletakkan kameranya dan meraih kertas dan juga pensil yang ada di meja kerjanya. Ia mulai menggambar Yuna dan tersenyum bangga setelah menyelesaikannya. Young Hoon mengerti sekarang kenapa seorang pelukis hanya melukiskan wanita yang benar-benar dicintainya. Seperti halnya Adrien Jean Le Mayeur yang menjadikan istrinya Ni Nyoman Polok seorang penari Bali sebagai objeknya dan juga Antonio Blanco yang menjadikan istrinya Ni Ronji yang juga seorang penari Bali sebagai objek lukisannya. Menggambar Yuna adalah hal paling menyenangkan dari ribuan gambar yang pernah Young Hoon hasilkan. Sekali lagi Young Hoon tersenyum dengan hasil goresan tangannya, tak menyangka akan menghasilkan perasaan senang dan bangga yang tak terkira. Young Hoon meletakkan gambarnya dan berjalan menghampiri ranjang. Ia duduk di tepian, mengelus kepala Yuna dengan penuh kasih sayang.
"Aku mencintaimu. Terimakasih sudah hadir dalam hidupku," bisik Young Hoon sebelum mengecup bibir Yuna.
Young Hoon meraih bantal yang dipeluk Yuna dengan perlahan dan melempar bantal itu ke sofa. Ia berbaring di samping Yuna dan memeluknya. Young Hoon meraih tangan Yuna dan melingkarkan kesekeliling tubuhnya.
"Ini lebih baik daripada kau memeluk bantal, sayang," bisik Young Hoon sebelum akhirnya matanya terpejam.
**********
Yuna menggeliat pelan, ada yang mengusik tidurnya. Perlahan-lahan ia membuka matanya, terkejut saat tahu Young Hoon begitu dekat dengannya. Ia pun berteriak saking terkejutnya. Young Hoon pun terbangun, ia tersenyum pada Yuna.
"Kau sudah bangun, sayang?" gumam Young Hoon sebelum ia menenggelamkan kepalanya di leher Yuna. Ia menghirup aroma tubuh Yuna dan menghembuskannya.
"O..oppa..." ucap Yuna terbata. Hembusan napas Young Hoon mengelitiknya membuatnya merasakan sensasi aneh. Jantungnya memompa darahnya lebih cepat.
"Sebentar saja," sahut Young Hoon enteng. Ia menjelajahi leher Yuna dengan bibirnya. Entah mengapa ia ingin lama-lama di sana. Ia ingin menghirup aroma tubuh Yuna lebih lama. Aroma yang memabukkan untuknya. Seperti candu yang membuatnya menginginkan lebih.
"Oppa... hentikan!" seru Yuna frustasi. Ini gila untuknya. Rasanya benar-benar aneh dan ia tak ingin menebak-nebak apa yang ia rasakan.
Young Hoon mendongkakkan kepalanya, ia tersenyum.
"Kau tahu? Aku hampir selesai mengerjakan rancanganku itu artinya aku akan segera pergi ke Korea. Aku pasti akan sangat merindukanmu," ucap Young Hoon lirih. Ada kesedihan dalam ucapan Young Hoon. Jelas ia merasa berat harus meninggalkan Yuna. Yuna menatap Young Hoon dan ia merasakan hal yang sama, ia juga sedih. Yuna juga pasti akan merindukan pria ini.
"Oppa bisa menelponku, mengirim pesan ataupun email. Semuanya akan baik-baik saja."
Young Hoon tersenyum mendengar jawaban Yuna. Kembali ia ingin menenggelamkan wajahnya di leher Yuna. Ia ingin menghirup aroma tubuh Yuna lebih lama. Tubuh Yuna menegang saat Young Hoon mendekat. Yuna berusaha mengontrol otaknya, ia tak ingin kehilangan kendali lagi saat Young Hoon menyentuhnya. Tepat sebelum Young Hoon berhasil menenggelamkan wajahnya, Yuna sudah bangkit.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Most Beautiful Mistake
General FictionYuna seorang vokalis band papan atas diblantika musik Indonesia yang sedang merasa bosan dengan hingar bingar dunia entertaint memutuskan untuk pergi berlibur. Namun, apa jadinya jika liburan indah yang ia harapkan malah justru membawa skandal yang...