Big News

1.2K 66 0
                                    

Beberapa bulan kemudian....

Young Hoon menelan ludahnya susah payah. Dadanya bergemuruh dan darahnya mendidih. Matanya membelalak tak percaya dengan yang ia lihat. Ia bergegas, melepas hoodie dan juga kacamata hitamnya. Ia berlari, menabrak beberapa orang dan tak ingin sedikitpun minta maaf. Ia menghentikan langkahnya saat sampai di depan sebuah ruangan bertuliskan Four Fox. Dengan tidak sabar ia membuka pintu. Membuat orang yang ada di dalamnya tersentak kaget.

"Jauhkan tangan kotormu dari istriku," geramnya. Matanya menatap tajam Joan yang duduk di samping Yuna.

"Oppa?" ucap Yuna. Ia terkejut dengan kehadiran suaminya. Langsung bangkit dan menghampiri suaminya.

"Apa perlu aku memborgolnya agar kau tak menyentuhnya? She is my wife. Don't touch her!" sembur Young Hoon penuh amarah.

"Joan hanya membantuku turun dari panggung, Oppa. Itu saja tidak lebih," terang Yuna.

"Lebih baik kita bicara di luar," lanjut Yuna seraya menarik tangan Young Hoon meninggalkan ruangannya.

"Aku mencintainya," seru Joan yang membuat langkah Young Hoon terhenti. Young Hoon menatap Joan sengit. Selama ini ia sudah berusaha menahan diri atas tingkah Joan. Tapi kali ini ia sulit melakukannya. Tangannya mengepal siap melayangkan tinju.

"Berani sekali kau berbicara seperti itu? Kau tidak sadar berbicara dengan siapa?" teriak Young Hoon. Ia hampir saja melayangkan tinjunya. Namun, Yuna menariknya. Menjauhkan pria itu dari sasarannya. Terus menariknya hingga ke parkiran. Ia masuk ke dalam mobilnya lalu di susul oleh Young Hoon.

Lama keduanya terdiam. Tak ada yang bersuara.

"Maaf..." ujar Young Hoon lirih. Yuna hanya menghela napas. Pria ini selalu saja meminta maaf lebih dulu bahkan jika dirinyalah yang salah.

"Harusnya aku yang minta maaf. Lain kali aku akan turun sendiri tanpa bantuan orang lain."

"Bisakah kau berhenti dari Four Fox?"

Yuna tersentak. Ia memandangi wajah Young Hoon yang kini memelas.

"Aku tidak bermaksud mematahkan sayapmu tapi a..a..aku tidak tahan jika terus melihat Joan di sekelilingmu."

Yuna tertawa pelan membuat Young Hoon kebingungan.

"Kenapa tertawa?" ujar Young Hoon kesal.

Yuna berusaha menahan tawanya.

"Akhirnya Oppa merasa apa yang kurasakan. Aku juga tidak tahan jika Ji Sup ada di sekeliling Oppa," aku Yuna.

"Ji Sup dan aku hanya sahabat," sergah Young Hoon.

"Aku dan Joan juga sahabat," sahut Yuna tak mau kalah.

"Tapi dia mencintaimu."

"Ji Sup juga mencintaimu."

"Itu dulu. Sementara Joan masih mencintaimu."

"Who know?"

"Ji Sup sekarang berkencan dengan kakakmu."

"Apa?" teriak Yuna tak percaya.

"Jangan berteriak. Kau mau menghancurkan telingaku?"

"Bagaimana bisa mereka berkencan?"

Young Hoon mengendikkan bahunya. Tak peduli.

"Huuh, ini gila. Sudah dua minggu aku tidak bertemu denganmu. Aku berlarian dari bandara hanya untuk melihatmu menggenggam tangan pria lain? Ya, ampun. Menyebalkan sekali. Apa tidak ada penyambutan yang lebih baik? Aku bahkan meninggalkan pekerjaanku karena aku merin-"

The Most Beautiful MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang