Can't Run Away

2.2K 95 0
                                    

Pesawat Garuda Indonesia membawa Yuna, Young Hoon dan Re An menuju Jakarta. Ibukota Indonesia. Kota metropolitan dan pusat kehidupan di Indonesia. Selama di perjalanan tak ada yang berbicara. Mereka sibuk dengan pemikiran masing-masing.

"Semuanya akan baik-baik saja,Yuna," bisik Re An begitu mereka sampai di rumah. Yuna tak menjawab, ia hanya menatap lekat-lekat wajah kakaknya. Dan Young Hoon hanya mengeekor, mengikuti apa yang di katakan Re An. Setidaknya Young Hoon bukan seorang pengecut, ia juga harus membantu menyelesaikan masalah yang ia buat.

Seorang wanita setengah baya menghambur begitu pintu kayu bercat putih terbuka. Ia memeluk dan mencium Yuna. "Kau tidak apa-apa, sayang?" tanyanya penuh kekhawatiran.

"Aku baik-baik saja, Bu," jawab Yuna lirih.

"Ayo, masuk," seru seorang pria yang berdiri di samping perempuan yang di panggil ibu oleh Yuna.

Young Hoon terkejut dengan yang dilihatnya.

"A...a..ahjussi[1],"ucap Young Hoon terbata.

"Ayo, masuk Young Hoon-a," ucap ayah Yuna tegas.

Re An makin terkejut mendengar ucapan ayahnya. Ia memandangi Yuna, ayahnya dan Young Hoon bergantian. Young Hoon menundukkan kepalanya, tak menyangka ia membawa putri dari seorang yang ia hormati ke dalam sebuah masalah yang berat.

            Rumah yang luas dengan desain klasik. Warna coklat serta putih mendominasi bagian rumah. Lantainya marmer berwarna putih gading. Young Hoon duduk disamping Yuna di ruang tamu.

            " Kita bicarakan ini besok pagi saja. Young Hoon-a, aku sudah menelpon ayahmu. Dia sedang dalam perjalanan," kata ayah Yuna.

            "Lebih baik kalian istirahat sekarang. Re An, antar Young Hoon ke kamar tamu," Lanjutnya.

Young Hoon tak berkata apa-apa. Ia hanya mengeekor Re An yang mengantarkannya ke kamar tamu. Ia tak ingin membuat semuanya menjadi makin rumit. Yuna melangkah ke kamarnya dengan gontai, tau dengan pasti bahwa ia telah membuat orang tuanya kecewa. Selama ini jika ada gosip maupun rumor, ayahnya tak pernah ikut campur.

                                                *******

Yuna bergerak gelisah diatas ranjangnya. Tidak tau apa yang harus ia lakukan. Kacau. Kenapa semuanya jadi sekacau ini? Di luar sana pasti banyak wartawan yang ingin tau apa yang terjadi. Jalan apa yang harus ia tempuh? Ia memutuskan untuk keluar kamar. Ia berjalan menuruni tangga dan melihat Young Hoon yang mondar-mandir di ruang tengah.

            "Apa yang kau lakukan?"

Young Hoon tersentak kaget.

            "Omo[2], Yuna! Kau membuat jantungku hampir lepas,"  seru Young Hoon.

Yuna menghempaskan tubuhnya di sofa yang tak jauh dari tempatnya berdiri. Ia menghela napas panjang, mungkin dengan ini semuanya akan lebih baik.

            "Maaf, aku membawamu ke dalam skandal," desis Young Hoon.

            "Huuh, aku tidak tau apa aku harus marah atau tidak padamu. Aku juga membawamu ke dalam masalahku. Mengakuimu sebagai kekasihku untuk menghindari Joan. Dan sekarang semuanya jadi kacau."

Yuna menyandarkan punggungnya dan memejamkan matanya, mencoba berpikir lebih jernih lagi. Tidak menyangka semuanya akan sekacau ini. Tidak menyangka bahwa beberapa jam yang lalu ia berpikir untuk mengakhiri hidupnya. Dan jika pria di sampingnya itu tidak datang, mungkin ia sedang di hakimi dan di masukkan ke neraka.

The Most Beautiful MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang