You Are the Most Beautiful Mistake in My Life

1.7K 69 3
                                    

Beberapa bulan kemudian...

Young Hoon mengandeng tangan Yuna. Menarik gadis itu untuk duduk di bangku taman yang tak jauh dari rumahnya. Keduanya terengah, mereka baru saja berlari. Bukan karena dikejar foxis maupun wartawan. Mereka hanya melewati pagi ini dengan jogging bersama, seperti hari-hari yang lalu. Setelah Young Hoon keluar dari rumah sakit, olahraga adalah hal yang selalu dilakukan oleh mereka. Young Hoon membuka botol minuman dan menyerahkannya pada Yuna dan Yuna menerimanya dengan senang hati. Yuna meminumnya beberapa teguk lalu menyerahkannya pada Young Hoon. Young Hoon bangkit, berjalan menuju tempat sampah setelah ia menghabiskan minumannya dan membuang botol kosong itu.

Yuna hanya mengikuti Young Hoon dengan matanya. Ia tersenyum, Young Hoon sudah jauh lebih baik sekarang. Kesehatannya terus membaik, berat badannya sudah kembali. Sekarang Young Hoon tak sekurus saat Yuna pertama kali melihatnya di rumah sakit. Saat itu Young Hoon sangat mengerikan, wajahnya tirus, saking tirusnya tulang pipinya menonjol. Ia juga terlihat pucat, di bawah matanya ada lingkaran hitam seperti panda. Tubuhnya kurus kering, meski ia tetap menjulang seperti tiang listrik ditambah lagi dengan kepalanya yang botak. Mengingatnya membuat Yuna begidik.

Young Hoon tersenyum saat melihat Yuna tersenyum. Ia menghempaskan tubuhnya di samping Yuna.

"Kau lebih suka tinggal di Seoul atau Jakarta?" tanya Young Hoon.

Yuna memutar bola matanya mencari jawaban yang tepat.

"Aku lebih suka di Seoul. Karena disini kita bisa bebas. Setidaknya disini tak ada yang menganggu kencan kita. Aku benci saat foxis atau wartawan mengejar kita, benar-benar menganggu." Sahut Young Hoon yang membuat Yuna menyipitkan matanya kesal.

"Kau bertanya tapi malah dijawab sendiri! Sebaiknya tak perlu bertanya saja. Menyebalkan!" seru Yuna kesal.

"Kau marah?" tanya Young Hoon sembari menatap Yuna tanpa rasa bersalah. Tatap Young Hoon itu justru membuat Yuna makin kesal.

Yuna mengempalkan kedua tangannya di depan wajah Young Hoon. Seolah ingin meremas wajah Young Hoon.

"Kau benar-benar marah?"

"Kau pikir?" Yuna menghela napasnya, "Kau menyebalkan!" lanjutnya.

"Berapa lama kau mengenalku? Aku memang menyebalkan," sahut Young Hoon sembari mengangguk-anggukkan kepalanya. Seolah membenarkan perkataanya sendiri.

"Aaarggh, ya ampun... kenapa aku harus menikah dengan orang sepertimu sih?" teriak Yuna. Ia benar-benar kesal dengan tingkah Young Hoon.

Young Hoon mengerutkan keningnya lalu menundukkan wajahnya. Menyembunyikan kesedihannya, tadi pagi ia mengingat sesuatu. Ia benci karena harus mengingat itu.

"Aku tahu kau menikah denganku karena terpaksa. Tapi bisakah kau menutupi kebencianmu itu? Maaf, telah membuatmu terjebak bersamaku," ucap Young Hoon lirih. Tadi pagi inilah yang muncul di kepalanya. Karena kesalahan yang ia lakukan, Yuna harus menikah dengannya. Benar-benar sesuatu yang mengejutkan untuknya, tak menyangka ternyata pernikahannya terjadi karena kebodohannya.

Yuna meraih tangan Young Hoon dan menggenggamnya, "Oppa..."

Young Hoon mendongkakkan kepalanya, menatap Yuna dengan tatapan bersalah. Tangan Yuna yang bebas bergerak menyentuh wajah Young Hoon, "You are the most beautiful mistake in my life... Memang awalnya aku terpaksa, tapi aku tidak menyesalinya. Aku tidak membencinya sama sekali. Oppa memang hadir dengan kesalahan tapi selanjutnya kehadiranmu adalah anugrah untukku."

Seulas senyum terukir di wajah Young Hoon. Ia meraih tangan Yuna yang ada di wajahnya, menenggelamkannya dengan telapak tangannya yang hangat, "Aku memang belum mengingat semuanya. Baru sebagian, seperti puzzle yang masih acak. Sangat berantakan hingga aku tidak tahu mana awal dan mana akhirnya. Namun, diantara kekacauan itu, diantara kesamaran dan keraguan dalam diriku serta ketakutanku, aku berharap aku bisa membuatmu bahagia. Dan jika aku adalah kesalahan terindahmu, maka aku ingin terus menjadi kesalahan terindah itu."

Wajah Yuna memerah antara malu dan bahagia. Pria ini memang bermulut manis dan ia terlalu bodoh untuk tidak tersipu. Young Hoon langsung menarik Yuna dalam dekapannya, "Terimakasih sudah membiarkanku masuk dalam hidupmu. Dan menjadikanku sebagai kesalahan terindahmu. Saranghae..."

"Nado saranghae, my the most beautiful mistake."

#The End#

Fiuuh.... selesai juga ni cerita. Terima kasih untuk semua pembaca yang mau menyisakan waktunya untuk cerita abal2 ini. Sampai jumpa dikisah selanjutnya....

The Most Beautiful MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang