Yuna mengedarkan pandangannya. Matanya menangkap sebuah meja dan satu set sofa yang tertata rapi. Di atas meja terdapat beberapa gulung kertas yang Yuna yakini berisi rancangan Young Hoon. Ia juga melihat nama Young Hoon terpampang di sana.
"Kalau aku bosan, aku akan berdiri di sini dan menatapi orang-orang di bawah sana," ujar Young Hoon yang sedang berdiri di dekat jendela. Yuna berjalan menghampirinya dan menatap apa yang Young Hoon tatap.
"Cukup indah," komentar Yuna.
Young Hoon tersenyum bangga saat mendengar komentar Yuna.
"Kenapa Ji Sup eonni meninggalkan Oppa?" tanya Yuna lirih.
"Aku tidak tahu dan tidak ingin mencari tahu."
"Dia masih mencintaimu. Aku bisa melihatnya. Dia pasti memiliki alasan yang kuat hingga memutuskan meninggalkanmu. Oppa masih mencintainya juga kan?" ucap Yuna yang sekarang menyadaari kebodohannya. Tak seharusnya ia bicara seperti itu.
"Cukup!" seru Young Hoon. Yuna tersentak kaget. Young Hoon menatap Yuna mencengkeram pundak istrinya dengan kedua tangannya kuat-kuat.
"Aku mencintaimu. Yang ku inginkan itu kamu bukan Ji Sup. Ji Sup adalah masa laluku. Memang apa yang kau lihat? Kau bahkan tidak bisa melihatku kan? Jangan mengguruiku soal cinta. Kamu tidak tahu apa-apa," ucap Young Hoon sarat emosi.
"Keumanhae ! Apa yang Oppa ucapkan telah menyakiti hatiku. Oppa pikir aku tak punya hati? Oppa pikir aku buta soal perasaan?" seru Yuna.
Young Hoon mengusap wajahnya kasar. Tak seharusnya ia lepas kontrol. Sejak ibunya meninggal hal yang paling susah ia lakukan adalah mengontrol emosinya. Ia menghembuskan napasnya kasar.
"Jika kau bisa melihat Ji Sup masih mencintaiku, kenapa kau tak bisa melihat bahwa aku mencintaimu? Tak bisakah sekali saja kau mengerti perasaanku? Atau bukalah sedikit hatimu untukku."
"Nyatanya Oppa juga buta. Oppa juga tak bisa melihatku kan? Oppa, juga tak mengerti perasaanku," tegas Yuna.
"Bagaimana aku bisa tahu kalau kau tidak pernah mengatakannya?"
"Babo," ucap Yuna lirih.
"Apa? Ya, kau benar! Aku memang bodoh mencintaimu. Benar-benar bodoh sampai aku gila melakukan hal-hal yang tak pernah sedikitpun kau hargai!" kata Young Hoon sambil beranjak pergi.
Yuna meraih tangan Young Hoon, menahannya agar suaminya tak pergi.
"Apa semua hal harus di ungkapkan?" tanya Yuna lirih.
"Tapi semua orang butuh pernyataan dan pengakuan," geram Young Hoon. Kali ini Yuna membuatnya muak. Ia memang mencintai Yuna, tapi ia juga lelah untuk terus mengerti Yuna.
"Seluruh Indonesia tahu bahwa kau suamiku."
Young Hoon mendengus mendengar ucapan Yuna.
"Iya, semua orang memang tahu kalau aku adalah suamimu. Namun, di hatimu apa aku suamimu? Atau aku hanya penghancur masa depanmu?"
Young Hoon menatap Yuna menunggu jawaban yang akan diberikan padanya. Jantungnya memompa lebih cepat. Jika memang hanya menghancurkan Yuna, ia akan berhenti. Ia akan pergi. Yuna tak kunjung memberikan jawaban, ia lelah menunggu. Ia menghempaskan tangan Yuna yang memegang tangannya. Young Hoon belum sempat membalik tubuhnya saat sesuatu yang lembut menekan bibirnya. Mencegahnya beranjak dari tempatnya. Matanya membelalak lebar, detik berikutnya matanya terpejam. Jantungnya hampir meledak, buncah terlalu bahagia. Ia membuka matanya saat Yuna menghentikan aksinya. Yuna menyergap beberapa kali lalu menunduk saat matanya bertemu dengan mata Young Hoon.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Most Beautiful Mistake
General FictionYuna seorang vokalis band papan atas diblantika musik Indonesia yang sedang merasa bosan dengan hingar bingar dunia entertaint memutuskan untuk pergi berlibur. Namun, apa jadinya jika liburan indah yang ia harapkan malah justru membawa skandal yang...