Seharian itu Yuna menghabiskan waktunya bersama nenek. Banyak hal yang nenek ceritakan pada Yuna. Tak jauh berbeda dengan yang kak Phillip dan Sang Hyun Oppa katakan. Nenek senang Young Hoon yang sekarang, baginya Young Hoon jadi dewasa, bertanggung jawab dan lebih penurut. Dan seperti itulah yang nenek inginkan dari Young Hoon. Yuna benar-benar belajar banyak hal dari nenek. Mereka merangkai bunga bersama, mencoba resep masakan baru, dan merajut. Yuna juga menyanyikan beberapa lagu untuk nenek, ia terkejut ketika nenek ikut bernyanyi dengannya.
"Kenapa berhenti?" tanya nenek.
"Halmoni? Bagaimana kau tahu lagu ini?"
"Tentu saja aku tahu. Aku sudah mendengarnya ratusan kali. Young Hoon yang memberikannya untukku. Tapi ini pertama kalinya nenek mendengarkan langsung kau menyanyikan lagu ini."
"Oooo..."
"Bukan hanya lagu ini tapi seluruh albummu."
"Mwo?"
"Kenapa kaget seperti itu? Wajar kan kalau Halmoni mengoleksi seluruh lagu yang di nyanyikan cucunya? Aku sangat bahagia karena kau hadir dalam hidup Young Hoon, kau mengubah segalanya jadi lebih indah seperti setiap melodi yang kau nyanyikan. Yuna... tetaplah di samping Young Hoon. Karena tanpamu, dia akan kehilangan arah," kata Halmoni sambil mengelus pucuk kepala Yuna.
Yuna menganggukkan kepalanya, mengiyakan permintaan Halmoni. Bukan hanya Young Hoon yang akan kehilangan arah, ia juga akan kehilangan arah jika Young Hoon tak ada.
***********
Yuna berdiri, gusar. Ia berjalan mondar-mandir. Melirik jam dinding, ia terkejut. " Pukul 8? Kenapa dia belum pulang?" desahnya khawatir.
Ia kembali mondar-mandir," Suamimu baik-baik saja Yuna," ucapnya pada diri sendiri, mencoba menenangkan diri. Yuna duduk di ranjang, ia meraih ponselnya dan mulai berselancar di dunia maya. Waktu berlalu ia mulai asyik dengan ponselnya. Meski beberapa kali ia melirik jam dinding dan berharap pintu itu di buka oleh pria yang ditunggunya.
Benar. Tak berapa lama kemudian pintu itu terbuka dan sosok pria yang ia tunggu muncul. Young Hoon menutup kembali pintu itu. Ia melempar jasnya di sofa, melepaskan dasinya dan beberapa kancing bajunya. Young Hoon menghampiri ranjang dan berbaring. Tangan kanannya ditekuk dan dijadikannya bantalan untuk kepalanya.
"Bagaimana harimu?"
"Baik," jawab Yuna tanpa pengalihkan pandangannya dari ponsel.
Young Hoon tak suka diacuhkan. Ia meraih ponsel Yuna dan melemparnya ke sofa.
"Hei.... Apa yang kau lakukan? Kau menghancurkan ponselku!" teriak Yuna.
"Aku bisa membelikannya yang baru! Kalau kau mau aku bisa membelikan pabrik beserta induk perusahaannya sekalian!"
"Kau kenapa? Kenapa pulang marah-marah?"
"Kau yang kenapa? Kenapa kau tak berubah. Tak bisa mengertiku."
"Apa maksudmu?"
"Aku tidak suka kau acuhkan."
Yuna menghela napas kesal. Pria ini sepertinya mengibarkan bendera perang padanya.
"Kau berlebihan Oppa!" serunya.
"Berlebihan kau bilang? Aku suamimu, aku baru saja pulang bekerja. Harusnya kau menyambutku dengan senyuman manis. Bukan mengacuhkanku."
"Kalau begitu, kita ulangi dari awal. Bagaimana?" tawar Yuna.
"Ulangi dari awal? Bagaimana bisa?"
"Bisa. Oppa, keluar dan ulangi semuanya."
"Shireo!"
"Kenapa tidak mau? Kau bilang ingin disambut dengan senyuman manis. Oeh?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Most Beautiful Mistake
General FictionYuna seorang vokalis band papan atas diblantika musik Indonesia yang sedang merasa bosan dengan hingar bingar dunia entertaint memutuskan untuk pergi berlibur. Namun, apa jadinya jika liburan indah yang ia harapkan malah justru membawa skandal yang...