Young Hoon mencengkeram tangan Yuna,"Kau kenapa?"
"Aku lelah," Yuna menghempaskan tangan Young Hoon dan melangkah ke ranjang.
"Kau bersikap tak seperti biasanya. Kau kenapa? Kenapa berbicara seperti itu di hadapan Ji Sup?" desak Young Hoon. Ia merasa terjadi sesuatu yang tidak beres pada gadisnya.
"Kenapa? Oppa tidak suka?" sahut Yuna masih dengan nada sinisnya.
"Bukan seperti it-
"Oppa masih mencintainya kan?" potong Yuna.
"Sudah berapa kali kukatakan aku tidak mencintainya lagi? Aku suamimu."
"Kau memang suamiku tapi hatimu? Siapa yang tahu."
"Yuna! Aku memilihmu. Kenapa kau masih saja membahas soal ini?" bentak Young Hoon. Ia terpancing emosinya.
"Aku tak bisa mempercayai ucapanmu. Kau menghabiskan waktu dengannya lebih banyak dan ia masih mencintaimu. Apa kau tak melihatnya?" seru Yuna.
"Jangan konyol Yuna! Dia sah----."
"Mantan kekasihmu yang paling kau cintai," potong Yuna lagi. Ia menatap langit-langit, berusaha mencegah airmatanya yang sudah meleleh terjatuh.
"Demi Tuhan! Aku mencintaimu Yuna," teriak Young Hoon mencengkeram pundak Yuna. Ia berusaha meyakinkan Yuna.
Yuna menghempaskan tangan Young Hoon lagi, "Kembalilah padanya. Aku hanyalah orang ketiga diantara kalian," ucap Yuna dengan suara tercekat. Ia terlalu frustasi dengan semua kemungkinan yang berputar-putar di otaknya.
"Joo Yoo Na! Hentikan omong kosongmu!" teriak Young Hoon. Yuna tersenyum masam, ia tak suka pria itu berteriak padanya. Senyuman Yuna membuat Young Hoon merasa bersalah karena sudah berteriak pada gadis itu. Ia emosi dan tak mengerti kenapa gadis itu bersikap seperti itu.
Yuna meraih laci nakas dan melemparkan dua buah buku, "Kisah yang sangat romantis Oppa." desisnya sebelum mengangkat kakinya dari kamar meninggalkan Young Hoon yang mematung di tempatnya. Young Hoon mematung bukan karena ia tak ingin mengejar Yuna hanya saja ia terlalu mengenal buku yang di lempar Yuna. Itu adalah catatannya. Ia tak menyangka Yuna menemukannya, ia bahkan lupa dimana ia meletakannya.
Young Hoon meraih buku catatannya. Ia membuka tulisan terakhir yang ia tulis.
She left me like you, mom.
Hanya itulah yang di tulisnya. Young Hoon meraih buku satunya, ia mengerutkan keningnya. Terlalu heran buku catatan Ji Sup ada di tangannya sekarang. Bagaimana bisa benda itu ada di tempatnya? Di temukan oleh Yuna dan sekarang ada di tangannya. Ia membukanya, membacanya satu per satu.
Just becuase we can't together, doesn't mean I won't love you
Itu tulisan di halaman terakhir yang di tulis Ji Sup. Young Hoon menutup buku catatan Ji Sup lalu beralih pada buku catatannya. Ia meraih pena dan menulis sesuatu di sana. Setelah selesai menulis, ia berlari mencari Yuna. Young Hoon terengah setelah berlarian mengelilingi rumahnya, akhirnya ia menemukan Yuna di taman belakang. Ia melangkah perlahan menghampiri Yuna. Ia menyerahkan catatannya.
"Bacalah semuanya dengan baik-baik Yuna. Jika kau bisa melihat Ji Sup masih mencintaiku, maka kau bisa melihatnya dengan mudah siapa yang ku cinta." Ujar Young Hoon lirih. Ia melangkahkan kakinya meninggalkan Yuna sendirian. Ia memberi kesempatan untuk Yuna, agar gadis itu bisa menggunakan logikanya.
Yuna membuka catatan itu dengan gemetar. Ia sudah membaca semuanya kemarin saat tak sengaja menemukannya. Hatinya terasa sakit saat membacanya. Dan sekarang suaminya menyuruhnya membacanya ulang? Bukankah itu sama saja menyiram garam pada lukanya yang berdarah? Yuna membacanya satu persatu lalu merasa lebih ringan dari saat ia membacanya kemarin. Tangannya berhenti bergerak di halaman terakhir. Halaman itu kemarin tak ada dan sekarang ada, ia yakin pria itu baru saja menulisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Most Beautiful Mistake
General FictionYuna seorang vokalis band papan atas diblantika musik Indonesia yang sedang merasa bosan dengan hingar bingar dunia entertaint memutuskan untuk pergi berlibur. Namun, apa jadinya jika liburan indah yang ia harapkan malah justru membawa skandal yang...