Confuse

994 56 0
                                    

Yuna mengerang pelan, meletakkan lengannya di matanya untuk menghalau sinar matahari. Ia membuka matanya perlahan lalu memejamkannya lagi. Ia tahu ini sudah siang. Ia memiringkan tubuhnya, membuka matanya lebih lebar. Ia ingat apa yang ia lakukan semalam hingga ia tertidur saking lelahnya. Ia menangis semalaman. Tangannya bergerak mengelus tempat di sisinya yang kosong. Biasanya Young Hoon ada di sana. Biasanya Young Hoon akan menarik selimutnya menutupi tubuhnya saat Yuna membangunkannya. Atau Young Hoon akan memeluknya lebih erat agar ia tetap di samping pria itu. Namun, sekarang pria itu tak ada. Dia sendirian.

Seakan belum puas, airmatanya meleleh lagi. Ia merindukan pria itu hingga rasanya ingin mati saja. Dengan tubuh ringkihnya, ia bangkit meraih ponselnya. Berharap ada email dari pria itu. Lagi, tidak ada balasan dari pria itu. Dan untuk kesekian kalianya ia harus menelan kekecewaannya. Airmatanya menderas bersamaan sakit yang menusuk hatinya. Keyakinan bahwa pria itu akan kembali semakin menipis. Bagaimana pria itu akan kembali, jika pria itu bahkan tak pernah memberi kabar? Ditambah lagi keluarga suaminya seperti membuat jarak dengannya. Seolah sedang berusaha memisahkannya dengan suaminya.

Ia menghempaskan dirinya kembali di atas ranjang. Menekuk kakinya, memeluknya dengan kedua tangannya dan membenamkan wajahnya di sana. Ia menagis lagi. Entah untuk yang keberapa. Ia tak menghitung. Lalu Yuna ingat apa yang Young Hoon katakan sebelum pria itu pergi. Jika nanti sesuatu terjadi apapun itu percayalah padaku. Apapun yang kau dengar dan apapun yang kau lihat tetaplah percaya padaku. Jangan bersedih dan jangan meneteskan air mata sedikit pun. Jaga dirimu baik-baik.

Kekhawatiran menyerbunya. Yuna yakin ada sesuatu yang terjadi. Ia harus mencari tahu, memastikan kekhawatirannya. Ia bangkit meraih jaket dan kunci mobil. Ia tak peduli dengan penampilannya. Persetan dengan semua itu, yang ia butuhkan adalah kejelasan. Ia mengarahkan mobilnya menuju kantor Phillip. Mungkin disana ia akan mendapatkan jawaban. Phillip terkejut dengan kehadiran Yuna yang terlihat berantakan. Rambut yang tidak disisir, wajah yang kusut, mata yang bengkak, dan bekas lelehan air mata. Baru kali ini Phillip melihat Yuna sekacau itu.

"Kau kenapa Yuna? Gwaenchana?" tanya Phillip khawatir. Ia memapah Yuna dan mendudukannya di sofa, "Ada apa ini?" lanjutnya.

"Sebenarnya Oppa ada dimana?" ucap Yuna lirih. Rasanya seluruh tenaganya sudah terkuras habis.

"Kau ini kenapa? Young Hoon kan sedang menyelesaikan proyeknya. Dan kenapa kau menangis?" ujar Phillip lembut.

"Aku tidak yakin Oppa sedang menyelesaikan proyeknya. Aku tidak yakin... yang ada dia meninggalkanku," ucap Yuna lemah dan air matanya makin deras. Ia putus asa. Ia berusaha menghubungi Abeoji, Halmoni dan Sang Hyun tapi semuanya seakan menutup-nutupi keberadaan Young Hoon.

"Kenapa kau berpikir begitu."

"Ini hampir dua bulan tapi tak ada kabar dari pria itu. Abeoji, halmoni dan Sang Hyun Oppa juga sulit ku hubungi. Apa ini? Bukankah ia meninggalkanku? Aku sudah tak berguna lagi untuknya, kan? Ia sudah tak mencintaiku lagi kan?" ucapnya dengan suara bergetar, ia menangkupkan kedua tangannya menutupi wajahnya.

Phillip terdiam. Ia tahu ini sulit untuk Yuna. Ini tak adil untuk Yuna. Tapi juga tak mau mengingkari janjinya pada Young Hoon apalagi dengan keadaan Young Hoon saat ini. Ia sendiri bahkan sulit menerimanya. Ia mendekat pada Yuna dan memeluk gadis itu, mungkin seperti ini rasa bersalahnya dapat berkurang dan gadis itu akan lebih baik.

"Aku mengenal Young Hoon seumur hidupku. Ia bukan yang terbaik tapi ia selalu berusaha menjadi yang lebih baik untuk orang-orang yang ia cintai. Ia mencintaimu, sangat mencintaimu. Ia tak meninggalkanmu, tidak pernah sedikitpun. Percayalah bahwa ia akan kembali."

"Aku berusaha percaya bahwa ia akan kembali. Tapi Young Hoon tak pernah seperti ini sebelumnya. Apa ada sesuatu yang terjadi padanya? Apa ia baik-baik saja? Aku hampir gila karena memikirkannya."

The Most Beautiful MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang