Halmoni bersorak senang mendengar rencana Young Hoon untuk ikut ke Korea. Itu artinya ia bisa menghabiskan waktu lebih lama lagi dengan Yuna. Ia bahkan sibuk membantu Yuna mengemas pakaian. Yuna sudah menolak tapi Halmoni tetap bersikeras ingin membantu.
"Ah, sepertinya aku tersisihkan," celetuk Young Hoon yang berdiri di ambang pintu. Ia baru saja kembali setelah mengobrol bersama ayahnya, ayah mertuanya, kakak iparnya, pamannya serta keluaraga Yuna yang lainnya.
"Tentu saja tidak. Kau ini berbicara apa?" sahut Halmoni santai. Ia memasukkan selembar kaos Young Hoon.
"Tidak tersisih apanya? Halmoni sibuk dengan Yuna terus. Denganku kapan?"
"Oppa, mau membawa kemaja yang ini?" tanya Yuna tanpa menghiraukan pertanyaan Young Hoon. Ia mengangkat sebuah kemeja berwarna biru muda.
"Apapun yang kau siapkan akan aku pakai," sahut Young Hoon.
"Jangan membawa terlalu banyak, pakaianku di rumah juga ada. Kalau kau kehabisan pakaian, kita bisa beli," lanjut Young Hoon yang sekarang duduk di sofa.
"Begitu juga bagus," ujar Halmoni.
"Itu pemborosan," sahut Yuna.
"Beberapa lembar pakai tidak akan membuatku bangkrut, sayang."
"Terserah Oppa. Halmoni terimakasih sudah membantu," ucap Yuna tersenyum. Ia menutup kopernya dan meletakkannya di dekat nakas.
"Aku senang bisa membantumu. Aku akan kembali ke kamarku," jawab Halmoni tersenyum. Ia melangkah meninggalkan kamar Yuna dan Young Hoon.
************
Ayah Yuna sibuk membagikan tiket pada pada keluarganya.
"Yuna, Young Hoon, Re An, Phillip, Halmoni, Jae Hoon, Chae Jin Hyoeng, Na Ra eonni, siapa lagi yang belum?" tanya Ayah Yuna.
"Aku, ahjussi," seru Sang Hyun.
"Maaf, ini," ucap Ayah Yuna menyerahkan tiketnya.
"Kau memang mudah terlupakan, Sang Hyun-a," ejek Young Hoon.
"Apa kau bilang? Kemari kau," seru Sang Hyun.
"Jangan ribut. Ayo, berangkat. Kalian tidak mendengar pemberitahuan keberangkatan?" ujar Phillip melerai.
Young Hoon dan Sang Hyun menghentikan keributan yang mereka buat. Halmoni segera menggandeng Yuna menuju terminal keberangkatan. Wanita lanjut usia itu memang senang berada disamping Yuna, ia menganggap Yuna sebagai cucunya. Karena ia memang menginginkan cucu perempuan. Sayangnya, cucunya laki-laki semua yaitu Young Hoon dan Phillip.
Young Hoon hanya menghela napas saat melihat neneknya menggandeng Yuna. Ada rasa sebal tapi juga senang. Sebalkan karena waktunya bersama Yuna jadi berkurang. Senang karena neneknya menerima Yuna dengan sangat baik.
Seluruh rombongan sudah masuk ke dalam pesawat. Lagi-lagi Young Hoon menghela napas saat neneknya meminta bertukar tempat duduk. Halmoni ingin duduk dengan Yuna. Itu artinya selama enam jam ia harus duduk di samping Ayahnya. Benar-benar membosankan.
**************
Young Hoon terbangun saat bahunya digoyang-goyang seseorang. Ternyata Ayahnya lah yang membangunkannya.
"Kita sudah sampai," ujarnya lalu melangkah meninggalkan Young Hoon.
Young Hoon mengedarkan pandangannya. Ia melihat Yuna berjalan kearahnya. Ia tersenyum pada Yuna.
"Oppa, pasti tadi tertidur," tebak Yuna. Young Hoon hanya tersenyum, ia bangkit dan meraih pinggul Yuna.
"Yak, Oppa lepaskan," seru Yuna.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Most Beautiful Mistake
General FictionYuna seorang vokalis band papan atas diblantika musik Indonesia yang sedang merasa bosan dengan hingar bingar dunia entertaint memutuskan untuk pergi berlibur. Namun, apa jadinya jika liburan indah yang ia harapkan malah justru membawa skandal yang...