I am Jelaous

1.2K 70 0
                                    

"Apa? Kau akan ke Korea lagi?" pekik Yuna tak percaya dengan apa yang Young Hoon ucapkan. Pria itu bahkan baru seminggu di Indonesia.

"Proyekku belum selesai. Jika aku tak bekerja itu sama saja aku mendapatka gaji buta. Aku tak mau menafkahimu dengan gaji buta."

"Aku bisa membiayai hidupku sendiri," ujar Yuna kesal.

"Aku suamimu! Aku yang akan menanggung semua kebutuhan hidupmu," seru Young Hoon.

"Aku bisa melakukannya dengan uangku."

Mendengar ucapan Yuna, wajah Young Hoon merah padam. Ia marah. Merasa tak di hargai, merasa direndahkan. Ia mencengkram pundak Yuna dengan kedua tangannya.

"Tutup mulutmu! Aku sudah bilang dari awal kalau kau adalah tanggung jawabku, aku suamimu! Aku tak peduli berapa banyak uangmu tapi aku akan tetap melakukannya sebagaimana semestinya. Meski kau menolak aku tak peduli!" kata Young Hoon melepas cengkramannya, meninggalkan kamar sembari membanting pintu.

Yuna hanya terdiam. Entah mengapa air matanya meleleh. Hatinya sakit, ia tak bermaksud seperti itu. Sedikitpun tak ada niatan untuk menyakiti Young Hoon. Yuna menyeka air matanya. Ia berlari keluar kamar, bergegas mencari Young Hoon. Ia berlari ketaman, tapi tak ada. Di kolam renangpun tak ada, ia bergegas ke lantai tiga. Tepat, Young Hoon sedang sibuk menembakkan bola basket ke ring.

"Oppa...." panggil Yuna.

Young Hoon berbalik dan meletakkan bolanya.

"Maafkan, aku. Aku tak bermaksud begitu," ucap Yuna sembari menunduk.

"Bagaimana kalau kita bertanding? Siapa yang dapat memasukkan 10 bola itulah yang menang. Kalau kau menang, aku akan memaafkanmu tapi kalau aku yang menang, kau harus turuti mauku," tantang Young Hoon.

"Baik, siapa takut!" seru Yuna.

Pertandinganpun di mulai. Bukan hal mudah mengalahkan Young Hoon apalagi saat bola sudah di lemparnya ke ring, Yuna sudah tak mampu lagi mencegahnya. Kedudukan sudah 5-0, Yuna mulai terengah. Ia mulai memutar otaknya, bagaimanapun ia tak boleh kalah. Beberapa kali ia mempunyai kesempatan menembakkan bola ke ring tapi dengan mudah Young Hoon menghalau bola dan melalukan serangan balik sehingga menghasilkan poin untuknya. Akhirnya, Yuna harus mengakui kekalahannya dan sesuai dengan perjanjian Yuna harus mengikuti apa yang Young Hoon inginkan.

"Sesuai dengan perjanjian, kau harus turuti apa yang ku inginkan. Emm... yang pertama berkencanlah denganku selama dua minggu di Korea. Yang lainnya masih ku pikirkan."

"Apa? Di Korea?"

"Iya. Kau harus menuruti kemauku. Masih ingat, kan?."

"Tapi..."

"Apa? Pokoknya tidak ada penolakan!" ancam Young Hoon.

"Bagaimana dengan Four Fox?"

"Pokoknya kau harus berkencan denganku."

**************

Young Hoon kembali meninggalkan Indonesia, ia sibuk dengan pembangunan Emperor Hotel di Jin An dan juga membuat rancangan untuk museum nasional yang akan dibangun di Seoul. Camp Group Contraction mempercayakan proyek ini pada divisi yang dipimpin Young Hoon yang diharapkan mampu memenangkan tender dari pemerintah agar memperoleh keuntungan besar sekaligus mengukuhkan kedudukan Camp Group Contraction sebagai perusahaan kontruksi terbesar di Korea.

Hari pertama dan keduanya di Seoul di sibukkan dengan rapat bersama karyawannya untuk memperoleh design terbaik yang bisa mereka ajukan dalam proyek pembangunan museum nasional. Hari-hari berikutnya ia sibuk dengan proses pembangunannya Emperor Hotel. Di sela-sela waktu luangnya, ia pergunakan untuk menghubungi Yuna, bertemu sahabat-sahabatnya, serta menghabiskan waktu dengan neneknya.

The Most Beautiful MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang