Suasana sarapan pagi itu terasa sunyi. Young Hoon bahkan tak bicara pada Yuna sejak ia bangun tadi pagi. Yuna hanya menghela napas dan mengaduk-aduk makanannya. Ia tak bernafsu untuk makan. Ia melirik Young Hoon yang hanya menatapi makanan yang ada di hadapannya.
"Kalian kenapa? bertengkar?" tanya Abeoji buka suara. Ia merasa aura putra beserta menantunya benar-benar kelam.
Rahang Young Hoon mengeras. Hatinya kembali koyak. Ia marah dan juga kecewa pada Ayahnya. Yuna menatap Young Hoon sekilas. Meraih tangan pria itu. Namun, Young Hoon menepisnya.
"Aku berangkat," ucapnya dingin. Ia pergi begitu saja dan membuat Yuna terperangah. Halmoni dan Abeoji hanya menatap keduanya dengan bingung.
"Kalian bertengkar?" tanya Halmoni lembut.
Yuna menggeleng.
"Lalu?"
"Young Hoon butuh waktu untuk sendiri. Permisi," ucap Yuna.
**************
Ji Sup sudah memperbaiki ponsel dan membersihkan mantel orang yang menolongnya. Ia sedang menunggu orang itu di sebuah cafe. Ia melonjak kaget saat ponsel itu bergetar.
"Kau dimana? Kenapa lama sekali? Aku tak punya waktu untuk menunggumu," seru Ji Sup kesal. Ia sudah menunggu pria itu setengah jam dan pria itu belum muncul juga.
"Iya, nona cantik. Aku sudah datang dari satu jam yang lalu. Aku hanya sedang memastikan apa kau nona pemabuk yang ku tolong atau bukan," ujar Re An tenang. Ia bangkit dari kursinya dan melangkah menghampiri Ji Sup yang duduk beberapa meja di sampingnya. Ji Sup menyipitkan matanya saat melihat seorang pria tampan berkacamata dan ponsel yang tertempel di telinganya menghampirinya.
"Hai nona pemabuk?" sapa Re An dan langsung duduk di hadapan Ji Sup.
"Jaga bicaramu, Tuan," dengus Ji Sup.
Re An memiringkan kepalanya. Menghela napas lalu tersenyum jahil, "Apa kau terlalu malu bertemu denganku sampai-sampai kau memakai masker seperti itu?"
"Bukan seperti itu... hanya saja..." Ji Sup menghentikan ucapannya, ia mengamati Re An seksama. Heran pria dihadapannya bersikap seolah-olah tak tahu siapa Ji Sup.
"Kau tidak tahu siapa aku?" tanya Ji Sup heran.
Re An mengerutkan keningnya, "Kau? Emmm... Nona pemabuk."
"Kau yakin tidak tahu siapa aku?"
"Kau itu nona pemabuk."
Ji Sup melotot. Ia tak percaya ada orang yang tak tahu siapa dirinya. Re An tertawa pelan.
"Tidak usah melototiku seperti itu, matamu tetap saja kecil."
"Yak, apa maksudmu?" seru Ji Sup tak terima.
Re An menghela napas, menumpukan wajahnya pada tangan kanannya.
"Gadis Korea cepat marah yah?" ujar Re An. Entah kenapa gadis dihadapannya menarik perhatiannya. Biasanya ia tidak terlalu tertarik pada gadis Korea meski dia sendiri keturunan Korea.
"Memang kau orang mana?"
"Indonesia. Kenapa? Tampan yah? Memang orang Indonesia itu lebih eksotis daripada orang Korea," ujar Re An seraya menyeringai.
"Kau terlalu percaya diri, Tuan! Sini kembalikan ponselku."
"Ini," ujar Re An. Ia mengulurkannya ponsel Ji Sup. Ji Sup hampir meraihnya namun Re An dengan sigap menjauhkannya dari Ji Sup.
"Siapa namamu?" tanya Re An. Ji Sup tak menggubrisnya, ia berusaha meraih ponselnya tapi lagi-lagi Re An menjauhkannya. Pria itu menyerigai, seringaian yang mengejek. Ji Sup menghembuskan napasnya kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Most Beautiful Mistake
General FictionYuna seorang vokalis band papan atas diblantika musik Indonesia yang sedang merasa bosan dengan hingar bingar dunia entertaint memutuskan untuk pergi berlibur. Namun, apa jadinya jika liburan indah yang ia harapkan malah justru membawa skandal yang...