38. Rain, Antara Cinta dan Ego

23 3 0
                                    

"Lho, ngape lu belum ganti baju?" Tanya Ucup saat melihat Bian yang malah sibuk mengeluarkan segala isi tasnya.

"Baju olahraga gue nggak ada, tapi malah baju itu yang ada di tas gue."

"Apa baju lo dimaling sama fans lo sendiri?"

Bian menatap tajam sahabatnya itu, membuat Biru membungkam mulutnya sendiri. Ia membuka lipatan baju itu. "Ini mah punya Jingga."

Mendengar itu, Bian menghentikan aktivitas mencari baju olahraga miliknya, ia menoleh ke Biru. "Tau dari mana?"

"Nih, ada tulisan JZP, Jingga Zenia Putri," balas Biru yang menunjukkan sebuah huruf kecil di lengan baju itu.

"Sialan, Jinggaaaaaaa!"

"Wkwkwk... Kayaknya hari ini lu bakal jadi bahan tawaan anak Dharmawangsa deh."

"Yang sabar. Ternyata ini cara dia bales dendam sama lo." Biru menepuk bahu sahabatnya itu.

"Biru, Albian, Yusuf! Kalian kenapa masih pada di kelas! Ke lapangan sekarang."

"Iya, Pak."

"Albian, kenapa kamu belum ganti baju? Cepet ganti bajunya, bapak tunggu."

"Tap-"

"Udah hari ini pake baju Jingga aja dulu, daripada lo nggak dapet nilai."

"Bener tuh kata Biru. Kita tunggu di lapangan yak."

Kedua sahabatnya pun pergi dari kelas, dan Bian hanya bisa mengumpat. Bisa-bisanya Jingga balas dendam seperti ini.

SMA Dharmawangsa adalah salah satu sekolah elite. Seragam para murid pun tergolong bagus, termasuk pakaian olahraga. Pakaian olahraga pria dan wanita di sekolah itu memang dibedakan. Untuk siswa baju olahraga berwarna putih navy, sedangan untuk siswi berwarna pink putih. Setelan olahraga di sekolah itu memiliki 2 style, kaos dan jaket. Namun, hari ini adalah hari apes bagi Bian. Ia terpaksa memakai baju pink itu karena ada pengambilan nilai dalam pelajaran penjaskes yang tidak bisa dilewatkan.

Suara riuh para murid sudah yerdengar di lapangan. Kedatangan Bian sontak membuat tawa seluruh teman sekelasnya pecah. Bagaimana tidak, baju yang ia kenakan itu sangat membentuk tubuhnya, baju Jingga itu cukup kekecilan di tubuhnya.

Guru olahraga berdehem setelah ikut tertawa bersama muridnya. "Albian, kenapa kamu pake baju anak cewek?"

"Baju saya ilang dicuri tuyul, Pak."

"Wkwkwk..." Lagi, tawa murid kembali terdengar.

"Tuyul?"

"Ada lah, Pak. Pokoknya orangnya nyebelin banget," kesal Bian sambil melihat kedua sahabatnya yang ikut menertawai dirinya.

"Ya sudah.. masuk ke barisan."

"Jingga, seenggaknya lo tinggalin jaket olahraga kek, jangan dibawa semua," gumam Bian berjalan dengan menundukkan kepalanya.

Bel istirahat sudah berbunyi, tapi kelas 12 IPA 2 masih melanjutkan kegiatan pengambilan nilai olahraganya, karena pelajaran itu terjeda jam istirahat, dan mereka memutuskan untuk melanjutkan sampai selesai.

Albian, siswa pertama yang diizinkan istirahat karena telah memperoleh nilai. Pengambilan nilai itu dilakukan berdasarkan abjad nama.

"Kalian tungguin gue, yak."

"Males banget! Lo tadi udah ikut-ikutan ngetawain gue."

"Yaelah... Baperan amat lu jadi orang. Gue bercanda doang, Bian. Lagian Biru juga tuh ngetawain lu."

"Kalian sama aja!"

"Yaudah sih Albian Denamit."

"Demareno!" Koreksi ucup.

Lentera Senja Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang