Part 12

156 5 0
                                    


Aku kembali membawa kelanjutan bab kemarin.

Happy Reading & jangan lupa tinggalkan jejak kalian😉


Marcell menatap ragu klinik di hadapannya, pergulatan terjadi di dalam dirinya yang rapuh—ia mengakui sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Marcell menatap ragu klinik di hadapannya, pergulatan terjadi di dalam dirinya yang rapuh—ia mengakui sendiri. Ada pemikiran untuk menghadapi masalahnya sendiri, tapi ada sisi yang membuatnya sulit menghadapi masalah itu sendiri.

"Mungkin nanti saja." Marcell memutuskan untuk pergi setelah beberapa saat bergulat dengan keraguannya, ia mulai menjalankan mobil lalu pergi sana.

Seperti orang linglung, Marcell hanya berputar-putar disekitar Ibu Kota sampai bahan bakar habis dan menepi sejenak di pengisian bahan bakar. Di saat itulah ponselnya berdering yang memperlihatkan nama Kenan.

Marcell yang melihat itu terdiam dengan tatapan kosong, bahkan saat petugas pengisian bahan bakar selesai mengerjakan tugasnya Marcell seperti orang kebingungan.

Ponsel kembali berdering bersamaan dengan mobilnya mulai menjauh dari stasiun pengisian bahan bakar, perlahan ia menerima panggilan dari Kenan meski banyak sekali keraguan di dalam dirinya.

Marcell benar-benar seperti orang yang tak terselamatkan, pria itu terus terdiam dengan tatapan kosong bahkan tak mendengar Kenan berbicara dari ponsel.

Marcell terkejut saat mobilnya diketuk dari luar, ia tersadar jika berhenti di tengah jalan yang ramai. Bergegas ia menginjak gas tanpa merasa bersalah pada orang-orang di belakang mobilnya.

"Ken, Papi sedang mengisi bahan bakar, nanti Papi hubungi lagi." Marcell menutup panggilan secara sepihak lalu melempar ponselnya ke kursi samping.

Kali ini Marcell tak melakukan kesalahan lagi, ia sampai di night club miliknya yang masih tutup melalui pintu belakang lalu berjalan cepat menuju ruangannya.

Di dalam sana ia merenung dengan sorot yang menunjukkan betapa frustasinya seorang Marcell Dinata.

Di tengah lamunannya Marcell dikejutkan oleh Kevin yang masuk, bersamaan dengan hingar bingar di lantai bawah yang terdengar sampai ke ruangannya.

"Jam berapa sekarang? Kenapa di bawah ramai sekali?"

Kevin mengernyit dalam, berhenti di tengah ruangan. "Ini sudah pukul sepuluh malam, Bos."

Marcell kembali terkejut, ia melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya dan sedetik kemudian kedua matanya membulat sempurna.

Marcell berdiri secara tiba-tiba yang mengakibatkan pandangannya kabur dengan kepala yang terasa sakit. Tubuh kekarnya terjatuh terduduk di lantai.

"Mas!" Kevin berlari menghampiri. "Mas kenapa?"

"Ba-bantu aku, Vin." Marcell kehilangan tenaganya, bahkan jika tubuhnya tak tertahan meja maka sudah dipastikan akan tergeletak di lantai.

Mengejar Cinta Gadis Muda - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang