Enam tahun berlalu setelah pertemuannya dengan gadis muda cantik berwajah polos nan teduh. Marcell menjadi bajingan kelas kakap serta nyaris menggila karena gadis itu menghilang secara tiba-tiba.
Selama itu pula ia tak pernah berhenti mencari kebera...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Menambrak pembatas jalan bukanlah sesuatu yang tertulis di list kegiatan Marcell hari ini. Semua terjadi karena mendapatkan serangan mengejutkan secara tiba-tiba dari sebuah panggilan dari Kepolisian yang mengatakan jika putranya ada di kantor polisi.
Marcell yang sedang mengemudi terlalu terkejut hingga membanting stir dan menyebabkan mobilnya menabrak pembatas jalan.
Tidak mungkin untuk pergi ke kantor polisi menggunakan mobilnya yang rusak dibagian depan. Marcell meminta bantuan Samuel untuk mengantarnya ke kantor polisi.
"Sebaiknya mampir dulu ke klinik atau rumah sakit, Cell. Lukamu perlu diobati." Samuel melirik dengan ngeri luka di dahi Marcell yang mulai mengeluarkan sedikit darah.
"Langsung saja ke kantor polisi. Aku ingin tahu apa lagi yang dilakukan Kenan."
Tanpa mendebat lagi akhirnya Samuel diam dan mengemudi dengan cepat menuju kantor polisi.
Sesampainya mereka di tempat. Marcell dibuat terkejut oleh keberadaan putranya yang tertunduk dengan luka memar di wajah serta beberapa pemuda lain yang sama mengenaskannya.
Marcell bergegas menghampiri petugas kepolisian guna mendapatkan informasi apa yang telah terjadi pada putranya.
Setelah hampir menghabiskan waktu tiga jam di kantor polisi. Akhirnya Marcell bisa membawa Kenan pulang, bersama Samuel yang masih mengemudi.
"Kenapa kamu berbuat seperti itu, Ken?" Marcell bertanya dengan penuh pengertian. Bagaimanapun tingkah nakal putranya takkan ia lawan dengan kekerasan.
"Papi mendengar semuanya di kantor polisi, kan? Jadi tidak perlu bertanya padaku lagi."
Marcell hanya menghela napas lalu mengurungkan niat untuk mendekati putranya lagi dan membiarkan Kenan dalam kesendiriannya sampai mereka tiba di rumah pribadi Marcell.
Kedatangan Marcell disambut wanita paruh baya yang tak lain asisten rumah tangga yang merawat rumah tersebut. Sedangkan di belakangnya ada Darwin dan Irgi yang berjalan mendekat.
"Ken, ada apa dengan wajahmu?" Darwin terkejut, tapi Kenan berjalan melewati semua orang begitu saja tanpa mempedulikan Darwin.
"Dia belum berubah juga, ya?" Irgi mendengus.
"Kamu belum mengobati lukanya? Apa perlu kupanggilkan Mila?" Darwin menawarkan bantuan pada Marcell.
Marcell menggeleng lalu berjalan masuk diikuti semua orang. "Lukaku tak ada apa-apanya. Yang membuatku terluka adalah sikap Kenan."
"Apa yang terjadi di kantor polisi, Cell?" Irgi begitu penasaran.
"Dia kalah dalam balapan lalu menyerang dan membakar mobil lawannya." Kata Marcell seraya mendudukkan diri di sofa.