Lisa Pov
Jika kau bertanya padaku apa itu hidup, maka aku akan menjawabmu hidup itu membosankan. Melakukan hal yang sama setiap hari, bangun tidur, bersiap siap, pergi ke sekolah, mendengarkan gurumu yang membosankan, makan siang, belajar lagi, menunggu bel berbunyi, lalu berangkat, pulang, mengerjakan pekerjaan rumah, lalu tidur ketika kau sudah menyelesaikan semuanya.
Hal yang harus kau lakukan hari itu. Omong kosong, itu semua omong kosong! Jika kau memberitahuku bahwa itu normal dalam kehidupan setiap orang dan itu hanya dasar kehidupan, persetan. Aku tidak ingin mendengar lebih banyak, bukan itu yang ingin aku alami.
Pada usia 10 tahun aku sudah berpikir bahwa dunia ini tidak berharga, hidup seperti robot seumur hidup. Jadi untuk sedikit memeriahkannya, aku memulai kebiasaanku ini. Aku mulai merusak kehidupan orang lain, menyenangkan. Sebut aku aneh tapi melihat mereka memohon padaku untuk berhenti membangun perasaan aneh ini dalam diriku. Apa itu? Kekuatan, Ya..aku mempunyai kekuatan untuk membuat mereka menderita, untuk membuat mereka berlutut di hadapanku. Bagus, itu membuatku merasa lebih seperti manusia.
Aku seorang wanita yang kuat, sehingga mereka harus menghormatiku. Itu dia! Mereka tidak punya hak untuk memberitahuku apa yang harus aku lakukan. Begitulah definisi hidup menurutku, sekarang bagiku hidup hanyalah aku. Hidup adalah apa yang aku inginkan.
"Aku dengar kau menindas seorang siswa lagi kemarin." Ayahku mengangkat alisnya ke arahku. Pengusaha multi miliarder, Marco Manoban. Pemilik tiga perusahaan terkenal dan pemilik sekolah tempat aku belajar, adalah Ayahku. Apakah aku beruntung? Ya tidak.. tidak juga.
"Itu bukan urusanmu." Aku menjawab dengan dingin yang membuatnya menghela nafas.
"Kau tau itu Lisa, aku ayahmu." Dia berkata dengan tegas, tapi aku tidak peduli. Apakah kau ingin tahu dimana aku berada? Baiklah, aku di kantornya. Berdiri di depan mejanya sementara dia duduk di kursi besar di belakangnya. Dia menghubungiku lebih awal untuk berbicara denganku, aku tahu sejak awal dia ingin membicarakan hal itu.
Kemarin aku meninju pria malang itu, hanya karena dia menabrakku saat dia terburu buru masuk ke kelasnya karena dia terlambat. Dia bahkan tidak mencapai kelasnya karena aku mengirimnya ke klinik hanya dengan dua pukulan kecil. Ck, sangat lemah.
"Berhenti mengintimidasi siswa seperti itu Lisa." Dia menggunakan suaranya yang mengintimidasi tetapi itu tidak berhasil bagiku, aku memberinya tatapan menantang.
"Kau tidak bisa menghentikanku, tuan Manoban. Beginilah aku ingin menjalani hidupku dan sayangnya kau bukan bagian darinya, jadi tutup mulutmu." Aku bisa melihat pembuluh darah Ayahku keluar, tapi aku tidak peduli. Ini hidupku, aku melakukan apa yang ingin aku lakukan.
"Jangan membuatku kehilangan kesabaran denganmu Lisa, aku tahu kenapa kau bersikap seperti itu. Apakah kau ingin ibumu nelihatmu tumbuh seperti ini?." Ck, dia menggunakan alasan itu lagi. Aku muak dengan hal itu.
"Dia bukan bagian dari hidupku juga dan aku sudah bilang padamu. Dia bukan alasan kenapa aku bersikap seperti itu, itu keputusanku sendiri. Aku tidak peduli dengan seseorang yang sudah pergi." Ayahku membanting meja dengan tangannya tapi aku tidak bergeming dan sebelum dia hendak mengatakan hal lain, aku memotongnya.
"Sekarang jika kau mengizinkanku aku akan pergi, aku saat ini terlambat ke sekolah." Aku membungkuk tidak membiarkan dia mengatakan apapun lalu pergi tanpa pamit.
Aku keluar dari kantornya, dan segera menuju ke garasi. Aku menyetir sendiri ke sekolah karena aku tidak ingin ada supir. Aku punya 3 mobil, sebuah Ferrari merah yang diberikan ayahku ketika aku berusia 18 tahun. Bentley Continental GT putih yang kumiliki untuk ulang tahunku yang terakhir dan favoritku, sebuah Lamborghini hitam mewah yang diberikan Seulgi kepadaku. Aku anak nakal yang manja, aku tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
As you wish princess (JENLISA) ID
AléatoireLalisa Manoban adalah pengganggu di sekolah, dia tidak punya teman karena semua orang takut padanya. Tidak ada yang bisa melawan rasa takutnya di pecat dari sekolah karena pemilik sekolah adalah keluarganya. Dia bersikap dingin kepada semua orang d...