Lisa berjalan menyelusuri lorong menuju ruang pesta utama. Kepalanya berputar-putar, pandangannya kabur saat dia berjalan lemah sambil memegang sepatu Jennie di tangan kirinya dan selembar kertas di tangan kanannya. Dia masuk ke ruangan dan melihat sekeliling dengan perasaan tercekik saat semua orang menari dan bersenang-senang di depannya. Napasnya menjadi lambat dan ruangan di sekelilingnya tampak kecil.
"Hei Lisa, apa yang terjadi? Kau terlihat sakit."
Dia bahkan tidak menyadarinya sekarang ada Jimin di depannya. Lisa menggeleng untuk mendapatkan kembali kesadarannya lalu mengambil napas dalam-dalam dengan gemetar, Jimin mengerutkan kening melihat sikap sahabatnya yang tidak biasa. Ia melihat apa yang di pegangnya namun Lisa tidak membiarkannya, ia langsung menyembunyikan di belakang punggungnya.
'Aku tidak bisa mempertaruhkan nyawa Jennie, jika ada yang tahu tentang ini maka....mereka akan... mereka akan'
"Ada apa? Mengapa kau menyembunyikannya?" Jimin bertanya seperti anak kecil dan Lisa menggelengkan kepalanya sebelum memaksakan senyum.
"Itu hanya surat dari Jennie, dia... dia memberikannya kepada salah satu pelayan dan menyuruh mereka memberikannya kepadaku, rupanya, dia perlu pergi ke suatu tempat untuk sesuatu, sangat penting." Kata Lisa dan Jimin menjadi bingung.
"Mengapa Jennie pergi begitu saja? Tanpa pamit kepada kami atau unnie kesayangannya yang baru saja menikah." Dia bertanya dan Lisa menelan ludah sebelum membuang muka dan menggaruk hidungnya.
"I-itu pasti masalah yang sangat penting, kau tahu Jennie.. dia tidak menerima apa pun dengan mudah." Lisa berkata gugup dan Jimin menatapnya dengan curiga sebelum mengangguk.
"Begitu, hum.... kau terlihat sangat mencurigakan tapi aku akan mempercayaimu. Sekarang, mari kita minum lebih banyak lagi!" Jimin hendak menyeretnya tetapi Lisa dengan cepat melepaskan tangannya dari genggamannya.
"Sebanarnya aku juga harus pergi, aku akan berpamitan dengan yang lain dan... pergi saja. Aku merasa tidak enak tanpa Jennie. Aneh tapi itu benar."
"Apakah kau yakin kau baik-baik saja?" Jimin bertanya dan Lisa mengangguk sebelum menariknya ke dalam pelukan tiba-tiba yang mengejutkan Jimin lebih dari apapun.
"Aku baik-baik saja! Aku baik-baik saja... aku akan pergi sekarang! Aku akan memberitahu Seulgi sementara kau memberi tahu yang lain. Aku akan pulang dengan selamat, jangan khawatir. Aku akan baik-baik saja, jangan khawatir."
"Apakah kau yakin? Karena sepertinya kau sedang membicarakan hal lain." Jimin terkekeh saat Lisa gemetar di bawah pelukan. Dia melepaskannya dan tersenyum padanya untuk terakhir kalinya sebelum pergi ke arah Seulgi dan segera memberitahunya bahwa dia akan pergi. Seulgi hanya mengangguk karena terlalu mabuk hingga dia tida fokus.
Lisa berlari menuju mobilnya dan masuk sambil memeriksa jam. Dia mengeluarkan ponselnya dan menghubungi nomor seseorang dengan napas gemetar, mereka mengangkat telpon dan Lisa berbicara dengan mereka sekitar 10 menit sebelum menutup telpon dan melemparkan telponnya ke kursi belakang. Dia memegang kemudi erat-erat sambil menarik napas dalam-dalam sebelum berangkat.
'Tunggu, Jennie. Aku berjanji akan selalu ada untukmu dan memastikan tidak terjadi apa-apa padamu'
(....)
Sementara itu di suatu tempat di Busan di sebuah bangunan gelap yang di tinggalkan.
Jennie di ikat di kursi karena dia masih pingsan, tapi dia akan segera bangun. Seseorang menepuk lembut pipinya yang membuatnya menggerutu, ia menggelengkan kepalanya merasakan sedikit sakit di kepalanya lalu perlahan membuka matanya untuk bertatap muka dengan Lisa.... tidak, itu bukan Lisa.
![](https://img.wattpad.com/cover/357656250-288-k768455.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
As you wish princess (JENLISA) ID
RandomLalisa Manoban adalah pengganggu di sekolah, dia tidak punya teman karena semua orang takut padanya. Tidak ada yang bisa melawan rasa takutnya di pecat dari sekolah karena pemilik sekolah adalah keluarganya. Dia bersikap dingin kepada semua orang d...