35 - Make Up

950 93 1
                                    

Jennie Pov

Dia tidak hadir...

Aku menghela nafas sambil melihat tempat kosong di sampingku. Sial, aku tidak bisa fokus belajar lagi karena dia. Aku marah dan khawatir, dimana dia? Apakah dia kembali ke rumah?

Aku sedikit bersalah atas perbuatanku, Tzuyu benar. Kita harus mendengarkan penjelasannya sebelum menuduhnya, seharusnya aku mendengarkannya dulu. Tapi itu tetap salahnya juga, dia tidak menjelaskan sisinya tapi membiarkan amarah menguasai dirinya. Apa yang bisa aku lakukan untuk meringankan sisi dia yang itu, maksudku aku tidak ingin dia berubah. Lagipula aku jatuh cinta pada sisi itu, dia seksi ketika marah TAPI menyakiti orang lain itu salah.

"Oke, letakkan pulpenmu dan----"

"Permisi!" Lisa membanting pintu hingga terbuka dengan seringai di wajahnya. Girl, kau menbuat masalah lagi!

"Nona Manoban." Guru kami menghela nafas tetapi membuang muka dan menyuruhnya duduk. Dia sudah selesai.... Lisa menyeringai dan jalan ke arahku dengan senyum yang sama, tch....tidak akan berbicara padamu dengan seringai bodoh di wajahmu.

"Jennie!" Dia berbisik ketika dia akhirnya duduk di sampingku tapi aku tidak menjawab.

"Jennie, lihat aku."

"Jennie?"

"My love?" Aku langsung tersipu saat mendengar namanya. Pertama kali dia memanggilku 'My love' tapi aku tahu dia melakukan ini jadi aku akan berbicara dengannya.

"Apakah kau benar-benar akan mengabaikanku?" Aku bisa melihat di sudut mataku dia mengerutkan kening sambil cemberut. Awwwwwww.... Jangan Jennie! Lawan! Setan ini mencoba memikatmu ke dalam perangkapnya. Doakan saja semuanya baik-baik saja.

"Aku mencintaimu." Lisa berbisik di dekat telingaku membuatku terlonjak kaget, aku segera berdiri dan menunjuk ke arahnya.

"BERHENTI MENGGANGGUKU!"

"NONA JENNIE KIM!" Guru kami membanting tangannya ke papan. Dan aku sekarang aku ingat, kami masih di dalam kelas. Brengsek!

"Ini adalah ruang kelas, bukan tempat dimana kau bisa berteriak sesukamu!"

"Saya minta maaf!" Aku membungkuk.

"Tch.... detensi setelah kelas!" Mataku langsung membelalak kaget! D-detensi????? AKU??? Aku melihat Lisa dan dia hanya menahan diri untuk tidak tertawa. Ohhhhhh dia melakukan ini dengan sengaja, aku yang mengira dia ingin meminta maaf!!! Sialan kau Lalisa!!!

Aku tidak berkata apa-apa dan hanya duduk kembali ke kursiku dengan tatapan marah. Lisa masih menahan diri untuk tidak tertawa. Ck...sumpah dia bipolar. Suatu saat dia sangat marah kemudian dia tertawa, aku memandangnya dari ujung kepala sampai ujung kaki lalu menginjak kakinya dengan sangat keras hingga membutnya merengek pelan. Kau pantas mendapatkannya, Manoban.

"Itu sepadan!" Aku mendengarnya bergumam tapi aku mengabaikannya.

Kami tidak berbicara selama satu periode itu dan ketika semuanya selesai, aku menghela nafas lega tetapi kemudian aku ingat bahwa aku mendapat detensi, aku dengan marah mengacak-acak rambutku dan hendak menyalahkan Lisa ketika aku tidak melihat ada tempat untuk di temukan. Tunggu...kemana dia pergi???? Aku bersumpah dia hanya.......tidak apa-apa.

Aku berjalan menuju ruang detensi dengan suasana hati yang murung lalu ketika aku melangkah masuk, tidak ada siapa-siapa. Apakah aku terlalu dini? Terserah....aku duduk di belakang dan mengerjakan pekerjaan rumahku agar mungkin aku bisa menyelesaikannya. Aku terkejut ketika seseorang masuk, aku berdiri dan menyapa profesor. Siapa profesor ini? Aku belum pernah melihatnya sebelumnya, tapi dia sangat familiar.

As you wish princess (JENLISA) IDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang