Di kantor kepala sekolah, suasana tegang terasa begitu kental. Kepala sekolah_Ibu Utami, duduk di meja besar sambil menatap serius kedua siswi tersebut.
"Baik, saya ingin penjelasan dari masing-masing kalian. Mulai dari Sinta, kenapa ini terjadi?"
Sinta dengan nada penuh emosi menjawab,
"Dia selalu ikut campur urusan gue Bu.""Ya karena dia berani membully siswa lain Bu, bagaimana saya bisa diam saja ," bela Devi.
"Benar begitu, sinta?"
"Enggak Bu, kapan coba gue bully mereka ."
"Di kantin tadi, gue liat dengan jelas bahkan bukan hanya gue tapi seluruh siswa yang di kantin pun melihatnya. Kalau ibu gak percaya tanya saja sama mereka," jelas Devi.
Bu Utami menganggukkan kepalanya,dan beralih menatap Sinta yang sudah gugup.
"Apa benar sinta?" tanya Bu Utami sekali lagi.
"Engg....
"Kalau Lo gak ngaku gue bisa panggil mereka sebagai saksi," potong Devi sebelum Sinta menyelesaikan ucapannya.
"Oke Bu, gue mengaku. Gue memang membully nya tapi ya salah dia cari masalah sama gue," ucapnya menatap Devi tajam.
"Baik masalah ini sudah jelas, perilaku kamu kali ini sangat tidak bisa di maafkan. Kamu membully mereka tanpa memikirkan mental mereka. Dan kamu Devi tidak seharusnya kamu menggunakan emosi untuk menegur yang salah. Paham Sampai di sini?"
"Paham Bu," jawab keduanya.
"Sebagai hukuman kamu Sinta membersihkan gudang belakang dan untuk Devi hukuman kamu bersihkan perpustakaan setelah pulang sekolah."
"Baik Bu."
Setelah menerima hukuman, Sinta dan Devi keluar dari ruang kepala sekolah dengan saling menatap tajam.
"Ini gara-gara Lo, ya. Awas aja," ucap Sinta meninggalkan Devi.
Devi hanya mengangkat bahunya acuh,ia berjalan ke arah Risa yang menunggunya di depan ruang kepala sekolah.
"Gimana?" tanya Risa.
"Bersihin perpustakaan pulang sekolah nanti," jawab Devi.
"Oh."
"Nanti temenin gue," ucap devi.
"Hm."
Mereka berjalan beriringan menuju kelas X IPS 1.
Karena bel sudah berbunyi beberapa menit yang lalu.Di dalam kelas, suasana masih terasa canggung. Sinta duduk di sudut menatap Devi sengit. sementara Devi dan Risa berjalan santai menuju tempat duduk mereka.
"Ini semua gara-gara dia," ucap Sinta sengaja di keras kan.
"Ya udah, lagian udah lewat juga. Santai aja," jawab Reno, cowok yang sudah lama menyukai Devi.
"Bener tu, Lo juga yang salah."
"Udah deh diem kalian. Jangan bikin tambah ribet," sahut Risa sebelum suasana tambah keruh dan ia males jika harus ada drama lagi.
Tak lama kemudian pak Budi, memasuki kelas.
"Baik, kita lanjut pelajaran sekarang. Silahkan buka buku paket halaman 34."
"Baik pak."
Semua siswa fokus mendengarkan materi yang di sampaikan oleh pak Budi.
"Liatin siapa sih Lo," tanya raya teman Sinta.
"Itu si Devi, kesel banget gue. Gara-gara dia gue harus bersihin gudang belakang."
"Udah, Lo tenang aja nanti gue bantuin."
Berbeda hal nya dengan Devi, ia risih karena terus di tatap oleh Sinta.
"Kenapa sih tuh bocah, liatin gue terus," gerutu Devi.
"Udah, biarin aja."
"Dia kira, dia aja yang bisa pelototi kayak gitu. Gue juga bisa kali," ucapnya membalas menatap Sinta tak kalah sinis.
Risa yang melihatnya hanya bisa menggelengkan kepala lelah, sebenarnya ocehan dan kekesalan sahabatnya itu bisa menjadi hiburan tersendiri bagi dirinya.
Pak Budi melanjutkan pelajarannya, berusaha memotivasi siswa-siswanya yang terlihat mulai kehilangan fokus.
Setelah itu, suasana kelas menjadi semakin serius ketika Pak Budi memberikan tugas kepada siswa-siswa.
"Pertemuan berikutnya, saya ingin kalian menyiapkan presentasi tentang topik yang telah kita pelajari hari ini. Kelompokkanlah dan jangan lupa mencari informasi tambahan, saya akhiri wassalamu'alaikum,selamat siang."
"Waalllaikumsalam pak."
Risa langsung membentuk kelompok bersama Devi dan reno. Mereka mulai merencanakan cara menyajikan materi dengan cara yang menarik.
"Kita bisa pakai gambar atau video supaya presentasinya lebih hidup," usul Risa.
"Emang lo bisa cariin?" tanya devi skeptis.
"Tenang aja, gue ada koleksi gambar-gambar lucu yang bisa dipake buat ngeselin pak Budi. Kita mix sama materi serius, pasti seru deh," ujar Devi sambil tersenyum licik.
Sementara itu, Reno yang duduk di samping mereka ikut tersenyum mendengar rencana dari kelompoknya.
Saat sedang asyik merencanakan presentasi, tiba-tiba rifki datang dan ingin bergabung dengan kelompok mereka.
"Boleh join, gak sih?" tanya rifki sambil tersenyum.
"Ya udah, gabung aja. Kita lagi ngeplan presentasi nih," jawab Devi.
Rafi langsung menawarkan kontribusinya, "Gue bisa bantu cariin data tambahan buat ngebahas topik kita nanti."
Raya mengangguk, "Oke, gue siap nge-handle bagian presentasinya. Biar seru, kita tambahin beberapa lelucon juga, ya!"
Rifki dengan antusias menambahkan, "Eh, gue juga punya ide nih buat bikin quiz interaktif pas presentasi. Biar seru dan interaktif gitu."
Devi setuju, "Bagus tuh, Rifki! Kita bisa bagi-bagi doorprize ke yang jawab bener. Seru nih!"
"Oke, gue urus deh bikin quiz nya."
Raya memandang kertas-kertas yang sudah dipersiapkan, "Kita tulis pertanyaannya apa aja ya?"
Mereka berempat terus berdiskusi, merancang presentasi yang tidak hanya informatif tapi juga menghibur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Misteri Gedung terbengkalai ( End )
Mystery / ThrillerRisa terus berjalan mundur hingga menabrak lemari di belakang nya. Sedangkan, sosok misterius itu terus melangkah mendekatinya dan menodongkan pisau ke arahnya. "Berhenti atau mati!" "Siapa Lo?" "Hahahaha....... Risa merasakan bulu kuduknya berdiri...