Chapter 42

27 4 0
                                    

"Adik saya baru saja menemukan tempat ini, dan tugasmu ialah terus awasi Risa!"

"Baik, bos."

"Ingat jangan sampai adik saya terluka, mereka mungkin sudah mendengar ini, Cepat pergi!"

Orang tersebut pergi dari hadapan Andrian, dia gelisah kenapa Risa bisa sampai kesini. Ini bukan waktu yang tepat, sungguh ini di luar dugaannya.

Apalagi situasinya berbeda, adiknya mungkin tak mengenalinya lagi karena efek obat yang di beri oleh orang itu.

"Kau akan mati di tangan ku, tunggu saja!" Meremas gelas yang di pegang nya sampai pecah. Darah segar mengalir di tangannya, namun baginya ia tak merasakan apa-apa.

Banyak sekali perubahan pada diri Andrian, yang dulunya lembut kini menjadi manusia yang kasar dan tak punya belas kasihan. Ia tak segan-segan membunuh musuhnya dengan tangannya sendiri.

Apalagi saat orang yang berjasa dalam hidupnya di bunuh dengan sadis, dia masih ingat ketika melihat Neo_ ketuanya di bunuh dengan kepala yang sudah terpisah. Sisi baiknya lenyap di gantikan dengan manusia haus dengan darah.

Kegiatan nya menyiksa dan membunuh tawanannya yang ada sangkut pautnya dengan kematian orang tuanya dan ketuanya.

Setelah berita Kematian palsunya terbongkar, mereka gencar ingin membunuhnya. Tapi Andrian tak takut lagi, ayo lah dia sekarang jadi ketua mafia banyak anggota bawahannya.

Dua juga yang meneror Risa dan Devi agar berhenti untuk menyelidiki gedung terbengkalai itu, karena jika Risa datang ke gedung itu maka musuhnya akan membunuh Risa.

Flashback off

"Ja-jadi ini semua....

"Benar Risa, kakak memang berniat menyuruh leon meneror kamu tapi itu tidak terjadi karena mereka duluan yang meneror kamu. Kamu ingat terjadi kebakaran di museum itu orang yang membakar museum itu adalah rencana Brawijaya dan gina mereka ingin membunuh mu di dalam gedung itu, tapi beruntung kakak dengan cepat bisa membawa kamu keluar dari sana. Maafkan kakak, kakak tidak bermaksud melakukannya. Waktu itu kakak hanya tidak mau kamu terlibat lebih jauh, maafkan kakak," ucap andrian menatap Risa yang terus menatap nya ia takut adiknya membencinya.

"Ka-kak," lirih Risa, ia tak marah ataupun membenci Andrian tapi ini sungguh mengejutkan baginya.

"Risa, maafin kakak."

"Risa gak marah sama kakak, Risa bersyukur kakak selalu menyelamatkan Risa. Aku dan Devi juga bingung mau bilang apa ini sungguh di luar dugaan kami, apalagi kakak ketua dari mafia," ujar Risa.

"Apa bapak-bapak yang Risa dan Devi temui di gedung itu juga suruhan kakak?"

Andrian berpikir sejenak, siapa yang di maksud Devi. "Ah, laki-laki itu ternyata. Dia bukan suruhan kakak, justru kakak yang bunuh dia karena dialah kalian harus bertaruh nyawa menyelidiki gedung terbengkalai itu."

Risa mengangguk, dia tidak menyalahkan Mr. Johnson. Justru dia bersyukur, karena bertemu Mr. Johnson dia bisa sampai ke titik ini.

Yang lainnya hanya menyimak, sebelumnya memang anggota bawahannya sudah di bubarkan oleh Revan.

Memang Revan dan Alex memiliki hak untuk mengatur seperti Andrian. Karena Andrian lah yang mengatakannya.

Sedangkan Devi ia syok mendengar penjelasan Andrian, ia tak menyangka kehidupan sahabat serumit ini. Ia sedih kenapa Risa dan Andrian harus mengalami hal ini.

"Ada satu rahasia lagi yang belum kakak katakan," ujarnya.

"Rahasia apa itu kak?"

"Kakak jamin kamu pasti sangat bahagia."

Misteri Gedung terbengkalai ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang