Chapter 33

15 4 0
                                    

"Di antara kata-kata yang terucap, terselip petunjuk yang mengarah pada kebenaran yang tersembunyi."

Andrian duduk di samping tempat tidur Risa, memegang erat tangan Risa yang terbaring lemah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Andrian duduk di samping tempat tidur Risa, memegang erat tangan Risa yang terbaring lemah. Air mata mengalir di pipinya saat ia menatap wajah Risa yang pucat.

"Adik kesayangan kakak, tolong cepat sadar ya," bisik Andrian dengan suara tercekat.

"Kakak nggak tahu apa yang harus kakak lakukan tanpamu. Kamu adalah satu-satunya keluarga yang kakak punya sekarang. Kakak
mohon cepat bangun, kakak sangat merindukanmu."

Andrian mencoba menahan tangisnya. Tetapi, tidak bisa air matanya semakin deras mengalir, dan suara isak tangisnya memenuhi ruangan.

"Risa, kakak butuh kamu di sini," ucap Andrian dengan suara bergetar.

"Kami semua butuh kamu. Kami tidak akan pernah berhenti berdoa dan berharap agar kamu bangun kembali. Tolong, Risa, tolong sadarlah."

Andrian terus memegang tangan Risa dengan erat, seolah-olah mencoba mentransfer kekuatan dan cinta yang tak terhingga ke dalam tubuhnya. Dia berjanji untuk tetap tegar dan kuat, tetapi saat ini, dia merasa hancur dan lemah.

Devi, Alex dan revan yang mengintip di depan ruangan Risa dan melihat Andrian menangis, mereka menatap Andrian iba.

Berbeda dengan Devi yang sudah ikut terisak.

"Ris, cepat bangun. Apa Lo gak kasian sama kakak Lo dan kami semua," lirih devi.

"Udah gak sedih, kalau kita semua sedih. Siapa yang akan menguatkan Risa dan Andrian," ucap Alex memeluk Devi.

Devi merutuki kebodohan, ia boleh bersedih tapi ia juga harus kuat agar bisa menjadi penguat buat yang lainnya.

Mereka menghampiri Andrian, memberikan dukungan dan mengelus punggung Andrian  dengan penuh kehangatan. Mereka berada di sisi Andrian, saling menguatkan satu sama lain dalam kepedihan dan kekhawatiran yang mereka rasakan.

"Lo harus kuat, jangan jadi lemah," ucap Alex.

Andrian mengangguk, mencoba mengendalikan emosinya. "Makasih. Gue yakin Risa pasti akan pulih, gue percaya itu."

Revan memandang Risa dengan tatapan penuh arti, tidak ada yang menyadari bahwa dia sangat terpukul dan merasa bersalah karena tidak bisa melindungi Risa, orang yang harus ia jaga dan orang yang dia sayang.

"Cepat bangun."

Alex meletakkan makanan di meja di dekat tempat tidur Risa. "Kami membawa makanan untuk Lo, An. Pastikan lo juga makan dengan baik."

Misteri Gedung terbengkalai ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang