MATI RASA

55 42 1
                                    

Tahun ajaran baru dimulai dan itu berarti aku telah menjadi sulung di sekolahku. Lebih tepatnya sudah sekitar 1 bulan angkatanku menjadi kakak tertua.

Jika kalian bertanya bagaimana masa liburanku, sebenarnya aku hanya menjadi hidup di rumah saja seperti tidur, makan, mencuci piring dan baju serta menyapu juga beberapa kali membantu untuk memasak.

Tak ada yang spesial memang, karena diriku merasa sangat takut pada masa depan yang akan ku jalani. Seperti saat ini, aku memilih untuk belajar di saat jam kos dari pada digunakan untuk bermain gadget.

Berbeda dengan dahulu yang lebih memilih untuk menyia-nyiakan waktu kosong untuk bermain gadget.

"Teman-teman mohon perhatiannya! " tegas Andre lantang membuat atensi teman-temanku menghadap ke depan.

"Kenapa Ndre?" teriak Dino dengan raut bingung dan tak lupa air liur yang menetes sehingga membuat semuanya tertawa terbahak.

Astaga, lucu sekali.

Andre menghela napas, "Sudah-sudah, Garvi cepet lo sini!"

Ku lihat Garvi maju ke depan dengan wajah seperti biasanya, tengil.

"Jadi gini.... kan minggu besok kita udah mulai foto buat yearbook, nah kalian ada usulan gak nih buat tempat yang sesuai sama tema kelas kita apa?" tanya Andre yang membuat lainnya berbisik dengan teman dekat mereka.

Aku hanya diam mendengarkan karena memang aku tidak mau ikut campur kali ini, bukan karena Garvi ikut andil tetapi memang aku tak mau saja.

Bukannya menurut itu lebih baik?

"Bandung gak sih?" bisik Bintang padaku.

"Kejauhan lah, nanti di marahin"

Purworejo aja...
Dekat sini..
Solo..
Magelang..
Wonosobo..
Pantai..
...

Itulah kira-kira usulan dari teman-temanku.

"Gini, kalau kita foto di keraton Jogja kira-kira kalian pada mau atau enggak?" celetuk Garvi yang membuat semua orang di sini terdiam.

"Boleh sih tetapi mahal gak?" ujar Kanza sebagai bendahara kelas.

Ku lihat Garvi menimbang sebentar lalu menggeleng, "Jadi kemarin gue dapet tawaran mama gue kalau kalian jadi model mama gue buat berita yang bakal terbit mengenai keraton Jogja"

"Bisa dibilang kalian cuma modal baju sama diri aja sih soalnya kata mama gue biaya transportasi, penginapan dan makan bakal ditanggung perusahaan mama" lanjut Garvi.

Andre mengangguk lalu menyambung ucapan Garvi, "Gimana? kalian mau atau enggak, soalnya mama Garvi udah bicara sama gue"

Kalau aku tidak masalah karena memang pada dasarnya aku tak memiliki dana untuk hal seperti ini.

"Berarti gratis kan itu?" tanya Dino yang sudah duduk di tempatnya.

"Iya lah, masih ditanya lagi!" sentak Jennie.

"Hei santai dong kan gue cuma nanya" balas Dini dengan nada yang tak kalah tinggi.

Jennie memutar bola mata malas, "Hei santai dong kan gue cuma bales pertanyaan lo setan!"

"Dino ngalah kenapa sih, tuh dengerin dulu starboy mau dawuh" sela Kanza dengan suara tegasnya.

"Fine" balas Dino dengan malas.

"The real cowok selalu salah dimata cewek" lirihku yang diangguki Bintang.

"Sekali lagi kalian pada setuju gak nih?" ujar Garvi.

"Setuju" balas yang lainnya kecuali diriku.

Ku lihat Andre tersenyum terhadap seseorang, tetapi disaat dirinya menyadari langsung kembali seperti semula, "Oke, untuk dresscode yang pasti nuansa Jawa... kalau bisa sih pakaian tradisional Yogyakarta"

"Nanti untuk posisi masing-masing bakal gue kirim ke grup kelas karena gue juga harus koordinasi sama mama gue biar pas dan makin kuat aura jawanya" ujar Garvi yang membuat semua orang di kelas mengiyakan.

"But I need a partner to determine this" imbuh Garvi dengan pandangan menuju diriku.

Dengan cepat aku menunduk dan aku sadar bahwa diriku seorang pengecut tetapi aku tak peduli.

"Gue boleh enggak?" celetuk perempuan di pojok belakang kiri sana, Kia.

Atensi semua orang kini menuju ke arah Kia terutama diriku yang menunjukkan wajah tak senang, karena memang banyak yang tak suka dengan Kia.

Kenapa?

Karena Kia adalah jenis perempuan yang gila perhatian laki-laki terutama Garvi, lebih dari cewek pick me menurutku.

Lihat saja sekarang dirinya sudah mengedipkan matanya berkali-kali dengan senyuman yang sangat membuat para perempuan di sini ingin mencabik-cabik wajahnya, lain hal dengan Garvi yang dengan santainya merespon.

"Ghateli" lirihku bersamaan dengan Bintang.

"Oke udah beres ya, sekarang boleh berkemas karena bentar lagi bakal berdoa pulang" pungkas Andre lalu kami mulai mengemas barang bawaan dan berdoa saat central sudah berbunyi.

Aku pulang seperti biasa dan berhubung hari ini Kamis, jadi diriku memakai jaket untuk menutupi baju identitasku. Keluar dari sekolah, kemudian harus mengambil motor terlebih dahulu, baru deh aku bisa pulang menuju rumah.

Setibanya di rumah dan memarkirkan motor, aku menghela napas lelah saat melihat kondisi rumah seperti tak terurus.

Lihat saja bagian dalam rumah sudah seperti kapal pecah, itu berarti  aku harus bekerja dua kali lipat.

Jejak ayam di mana-mana, mainan adikku berserakan, piring di lantai, jejak kaki adikku dan yang pasti ada aliran air. Ouh tak lupa terdapat kotoran ayam di depan kamarku.

iuuh...

"Ini rumah emang beneran gak berpenghuni deh, udah kotor gak ada orang pula" kesalku sembari melepas jilbab dan atribut yang menempel.

Langkah kakiku menuju dapur untuk mengambil sabut kelapa dan air juga  kain untuk membersihkan kotoran ayam tepat di depan kamarku.

Setelah selesai melakukan hal tersebut diteruskan membersihkan yang lain juga.

Penutupan hari ini adalah sholat kemudian diriku makan sore karena sedari tadi perutku sudah meminta untuk dikasihani. Nasi juga tahu bacem adalah menu hari ini.

Selesai makan aku kembali ke kamar untuk meneruskan kegiatan belajarku untuk persiapan kuliah tahun depan, walaupun aku berasal dari keluarga yang kurang mampu tetapi hal tersebut tidak mematahkan semangatku untuk meraih mimpi.

Aku percaya pada diriku sendiri bahwa suatu saat nanti pasti aku berhasil dalam segala hal terutama mengenai karir.

"Pasti" ujarku lalu kembali fokus pada beberapa buku di depanku.

Satu jam telah berakhir dan aku berhasil menambah banyak hal yang baru. Aku terpikir dalam sesuatu hal dan dengan cepat membuka benda pipih yang tergeletak di atas kasur tepat di belakangku.

"Tuh kan bener gue tuh emang jodoh deh sama orang spanyol, apalagi nanti blasteran rusia-spanyol... beuh mantep banget anak gue pasti ya kan" ucapku pada diri sendiri lalu tersenyum seperti orang gila.

Tanganku terus menggulir layar ke atas hingga merasa bosan.

Jika kalian bertanya-tanya video apa yang masuk beranda aplikasi tiktok di hpku, tentu saja para lelaki spanyol dan Rusia yang sangat aku idam-idamkan.

"Bisa gila gue lama-lama kalau hiburannya begini, Ya Allah maafkan hambamu ini yang belum bisa menjaga pandangan mata karena aku tidak bisa menyia-nyiakan ciptaanmu yang indah ini"

~TBC~

ALVITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang