Hidup terus berjalan, aku mencoba menjali kehidupanku selanjutnya dengan sebaik mungkin.
Lelah sudah menjadi makanan kebiasaanku sehari-hari, aku hanya perlu beristirahat jika lelah bukan?
Seperti kak Senja yang memilih berdamai antara hati dan pikiran, menyampingkan ego sekedar ingin mengikhlaskan Garva dengan seorang wanita yang telah dihamili oleh mantan pacarnya itu.
Aku selalu menguatkan kak Senja agar tidak terlihat lemah karena si brengsek itu. Aku ingat sekali di saat malam itu meyakinkan kak Senja untuk melupakan Garva.
"Intinya, sebagai pihak yang diselingkuhi itu tidak boleh terlihat lemah. Kakak mau dianggap kakak masih gamonin dia hah? Kakak itu harus nunjukin versi kakak yang lebih baik lagi, kakak harus wah biar brengsek itu yang nyesel karena udah sia-siain kak Senja!" ucapku sedikit tersulut emosi.
Aku bener-bener tak habis pikir dengan kak Senja yang masih saja membuang air mata berharganya hanya karena Garvanjing. Aku ingin sekali membuat lelaki brengsek itu menderita karena telah membuat dua anak orang tersakiti.
"GARVA ANJING, SIALAN LO BAJINGAN!" teriakku kesal karena melihat kak Senja hanya diam.
"Kak, jangan bodoh soal cinta kenapa sih! Ayolah kak, move on!! Buat apa kakak begini? Buat ngembaliin keadaan? Tidak bisa kak, percuma kakak nangis sampai habis tuh air mata juga Garva tetep nikah sama itu perempuan. TATAP AKU KAK!" gertakku sembari mengapit wajah mungil kak Senja dengan dua tanganku.
Kak Senja menatapku dengan mata air yang terus mengalir dan bergetar, aku bisa merasakan begitu terpuruknya kak Senja dengan mata besarnya. Tetapi aku tak mau membuat dirinya larut ke dalam hal tak berguna seperti ini, aku harus menyadarkan dirinya.
"Aku mohon kak, ayo kakak melangkah yang lebih jauh dengan kak Senja seperti biasanya. Kakak kemarin nanya kan aku minta hadiah ulang tahun apa? Aku mau kak Senja melawan rasa bodoh yang sudah menghantui kak Senja dengan menunjukkan bahwa kak Senja wanita mahal yang tak mudah terpengaruh oleh lelaki macam apapun. Kak Senja paham kan maksud aku?" tekanku dengan posisi yang sama dan aku mencoba untuk menguatkan diri agar tidak menangis.
Senyumku merekah saat kak Senja mengangguk, "Iya"
22 Januari 2019 adalah hari di mana Garva dan Nyla melangsungkan janji suci.
Aku selalu menggenggam tangan kak Senja untuk menguatkan dirinya, aku tahu ini tak mudah tetapi ini akan membuat dirinya sadar bahwa Garva bukan lagi miliknya. Melainkan milik Nyla, wanita yang sedang mengandung buah hati mantannya.
"Tenang kak! Masih banyak stok lelaki apik di benua lain. So, chill out!" ujarku santai pada kak Senja.
Kami sedang duduk di barisan tamu, tepat sekali di barisan depan. Jadi, sangat jelas untuk menyaksikan Ijab Qabul yang sudah dimulai.
Kali ini, kak Senja sangat cantik sekali karena mengenakan kebaya modern berwarna peach dipadukan dengan pashimna silk senada. Tak lupa, riasan pada wajahnya juga membuat dirinya tampil sangat cantik pada sore kali ini.
Jika kalian bertanya tentang diriku? Tentu saja aku memakai kebaya milik kak Senja karena aku tak memiliki kebaya. Kebaya yang kupakai mirip tetapi hanya berbeda warna, kebaya yang kupakai berwarna hitam dan hijab segi empat yang senada.
SAH..
"Dia udah jadi suami orang Vi.. Aku harus bisa nerima fakta ini? Sekarang?" ujar kak Senja setelah Garva dan Nyla sudah resmi menjadi sepasang suami istri.
Aku mengangguk, "Iya dan aku tahu kak Senja sudah menerimanya sekarang. Btw, aku tidak bisa membayangkan apa hal yang membuat Garva tertarik dari wanita itu?"

KAMU SEDANG MEMBACA
ALVI
Teen Fiction"Sayang dok uangnya," lirihku mengalihkan pandanganku. "Kamu lebih sayang uang yang bisa dicari daripada tubuh kamu yang hanya hidup sekali?" Aku tersenyum, "Tidak apa-apa dok, yang terpenting keluarga saya di desa bisa makan daging dari uang yang...