Tak terasa, tiga bulan sudah aku dan teman-teman mengabdi pada Biak. Akan tetapi, terdapat usulan dari anggota kelompok yaitu menetap di sini satu minggu lagi. Itu artinya kelompok kami pulang sendiri tanpa berbarengan dengan yang lain.
Awalnya memang banyak yang menentang keputusan kami yang menyetujui saran Tania. Namun, dengan penjelasan yang Tania berikan kepada ketua KKN dan yang lain akhirnya saran Tania disetujui.
Satu minggu ini akan kami gunakan untuk menikmati keindahan Biak bersama warga sekitar setelah menyelesaikan pekerjaan tentunya. Aku senang sekali bisa menjelajah di tanah ini karena memang wisata di sini sangatlah indah.
Aku tak berbohong dengan keindahan Biak. Jika kalian tidak percaya kepadaku, kalian harus pergi ke sini juga untuk membuktikan perkataanku.
Agenda hari ini adalah menghadiri Bazar yang diadakan pemerintah Biak di Pantai Wisata Baruk Yendi, Saukobye, Biak Utara. Sebenarnya, Bazar ini diadakan atas usulan dari kelompok kami mengingat banyaknya turis yang pergi ke tempat ini. Sehingga, bisa dimanfaatkan untuk menawarkan produk UMKM setempat.
Aku tersenyum simpul melihat antusiasme warga dalam menjajakan produk mereka kepada para pengunjung. Hatiku benar-benar menghangat melihat kebahagiaan mereka di tempat ini.
Aku bersyukur masih bisa membantu orang-orang untuk tertawa.
"Hei! Ngelamun aja, nanti kesambet loh!"
Aku mendelik kesal setelah melihat siapa yang telah mengkagetkanku. Perempuan berambut pirang dengan dress putih selutut yang membuatnya semakin ayu.
"Sialan lo!" umpatku kesal.
Selly menyengir kuda lalu duduk di sampingku.
"Yang lain ke mana?" tanyanya.
"Lagi bantu nawarin produk sama ada ya renang sama bocil-bocil," tunjukku kepada teman-teman yang lain.
"Kamu tidak ikut?" balasnya yang membuatku menggelengkan kepala.
"Males, lagi mau di sini aja. Lagian, aku udah dari kemarin bantuin buat menata stand. Kamu juga kenapa malah di sini?" heranku kepada Selly lalu aku membenahi hijab pashminaku.
"Mau nemenin kamu aja di sini."
Aku terkekeh, "Heleh bilang aja mau minta ditemenin buat main air," godaku.
Decakan Selly membuat diriku tertawa, "Orang emang mau di sini kok, mau mengawasi siapa tau ada penyusup."
Tanganku tergerak untuk menyenggol lengannya, "Aneh-aneh jadi orang!"
"Udah lah, ayo cepet ke sana. Kita harus memastikan semuanya berjalan dengan lancar!" pintanya lalu menggandeng tangaku untuk berkeliling Bazar ini.
"Sudah habis ya?" tanyaku kepada beberapa wanita paruh baya dengan pakaian khas Papua, Mama Eti dan teman-temannya.
"Sudah ini, katanya enak loh. Hebat sekali kamu dan teman-teman bisa mengajarkan hal baru sehingga kami bisa mendapatkan pendapatan yang lebih," balas Mama Eti yang membuatku tersenyum simpul.
"Jelas dong Mama e, besok kan Selly sama yang lain pulang. Selly pesan produk Mama Eti ya!" sahut Selly.
"Mama jadi sedih sekali, kalian tidak mau lebih lama lagi di sini?"
"Besok kalau sudah liburan Selly sama Alvi bakal ke sini lagi deh, janji!" balas Selly menunjukkan jari kelingkingnya.
"Selly benar, Mama Eti dan semuanya harus semangat memajukan UMKM Biak oke?" tambahku lalu diangguki Mama-Mama cantik di depanku ini.
"Siap laksanakan! Mama tunggu kedatangan kalian ke sini lagi, mama hanya bisa mendoakan semoga kalian bisa mencapai impian kalian ya!" ujar Mama Eti yang kuangguki.

KAMU SEDANG MEMBACA
ALVI
Novela Juvenil"Sayang dok uangnya," lirihku mengalihkan pandanganku. "Kamu lebih sayang uang yang bisa dicari daripada tubuh kamu yang hanya hidup sekali?" Aku tersenyum, "Tidak apa-apa dok, yang terpenting keluarga saya di desa bisa makan daging dari uang yang...