Senin, 31 Desember 2018
Pulang dari tempat kerja, aku memutuskan untuk beristirahat di rumah dan bertanya mengenai Garva kepada Kak Senja.
Sehabis salat Maghrib aku langsung naik ke kamar kak Senja membawa keripik singkong ku suka yang aku beli kemarin bersama Selly.
Saat melewati dapur aku bertemu beberapa penghuni Indekos ini yang sedang memasak di dapur, termasuk Gita.
"Mau kemana?" tanya Gita kepadaku.
Aku berhenti sebentar untuk mengambil sesuatu di kulkas sembari membalasnya, "Ke atas, mau ikut?"
Gita menggeleng, "Mau nugas dulu"
"Ya udah, semangat nugas" ujarku lalu ke atas sembari membawa dua teh kotak yang telah ku ambil dari kulkas dengan keripik ku suka di tangan kiriku.
Sebenarnya, teh kotak itu milik kak Senja. Dirinya menyuruhku untuk sekalian membawa saat aku naik ke atas.
"Aku masuk ya kak" teriakku sembari membuka pintu kamarnya.
"Duduk dulu, lagi nabung ini" balasnya dari arah kamar mandi setelah aku menutup kembali pintu kamar ini.
Setelah aku meletakkan di lantai, mataku mencari keberadaan remote untuk menyalakan tv. Setelah mendapatkan apa yang diinginkan, aku menyalakan tv tepat di depan ranjang kamar ini.
FYI, kamar yang ada di lantai 2 itu lebih mahal karena fasilitas yang lebih baik dari kamar lantai 1. Seperti kamar mandi dengan toilet duduk + shower + hitter, ac, tv dan lainnya.
"Mau keluar tidak?"
Aku menoleh ke arah sumber suara dan ternyata dari Kak Senja dengan setelan pakaian baju tidur berkarakter koala. You know koala?
Yes, my favorite animal.
"Males, mau nonton tv aja"
"Nanti keluar ya, temenin aku sebentar. Jam 10 nanti oke?!" balas kak Senja sembari bergabung untuk menonton tv.
Aku memasukkan satu potong keripik singkong yang aku bawa baru membalas ucapan kak Senja, "Oke, tetapi kasih tau aku dulu Garva itu siapa"
Kak Senja tidak langsung membalas, dirinya membuka lemari kecil di samping ranjang dan menunjukkan kepadaku.
"Buka aja, nanti juga tau," ujarnya lalu membuka teh kotak yang ku bawa tadi.
"Thanks udah dibawain," imbuhnya sembari menunjuk teh kotak miliknya.
Aku mengangguk, "Sama-sama"
Setelah membuka dan melihat apa yang ada di kotak, mataku membulat sempurna. Dengan cepat aku menoleh ke arah kak Senja yang disaat itu dirinya juga menatapku.
"Kak," lirihku lalu memeluk kak Senja erat.
Tangis kak Senja membuncah, aku benar-benar kecewa sekali dengan Garva yang aku kira dirinya lelaki baik-baik dan nyatanya sangat berbanding balik.
Sekarang, aku benar-benar tak tahu dengan jalan pikiran seorang laki-laki Indonesia. Sebenarnya apa yang mereka inginkan?
Tak lama kak Senja melepaskan pelukan dan menghapus air matanya, "Don't cry, Garva emang bajingan. Besok kakak harus ikut ke pernikahannya titik tidak pake koma!"
"Tetapi-
"Tidak ada tetapi-tetapi. Intinya kak Senja harus dateng ke sana, kak Senja harus nunjukin kalau kakak itu kuat dan ikhlas dan kakak harus nunjukkin diri kakak itu lebih baik dari perempuan gila itu. Buktinya kakak tidak terlena dengan rayuan Garvanjing, berarti kak Senja itu sangat menjaga mahkota kak Senja yang kak Senja rawat dari kecil" tukasku menggembu.

KAMU SEDANG MEMBACA
ALVI
Teen Fiction"Sayang dok uangnya," lirihku mengalihkan pandanganku. "Kamu lebih sayang uang yang bisa dicari daripada tubuh kamu yang hanya hidup sekali?" Aku tersenyum, "Tidak apa-apa dok, yang terpenting keluarga saya di desa bisa makan daging dari uang yang...