Senin, 25 September 2017
Hari ini, kami para siswa-siswi kelas XII Single-Purpouse High School akan mulai menyiapkan semua hal untuk melaksanakan ujian praktik.
Pada jam pertama untuk kelasku yaitu XII Social 1 adalah PKWU. Pada mata pelajaran ini, kami harus membentuk kelompok dan mempraktikan sebagai pengusaha makanan.
Nah, kelas kami mendapatkan undian untuk memasak makanan tradisional dari Kalimantan. Namun, sebelum kami memulai tahap pertama masih ada penjelasan sedikit dari bu Rani selaku guru PKWU sekolahku.
"Sebenarnya alasan saya untuk kalian praktik memasak makanan tradisional adalah semakin masifnya makanan dari luar yang masuk ke Indonesia dan membuat anak-anak mulai meninggalkan makanan asli Indonesia" jelas bu Rani.
"Kalian mendapatkan daerah Kalimantan bukan? Nah, sekarang Ibu mau bertanya nih" imbuh bu Rani lalu berdiri sembari membawa buku presensi kelas kami.
Dalam hati aku berdoa semoga beliau tidak menunjuk diriku, "Ya Allah hamba mohon"
"Sekarang tanggal 25, oke buat Dino... sebutkan 5 makanan khas Kalimantan!"
Aku lihat Dino membulatkan matanya sempurna, "Loh saya bukan nomor 25 bu, saya no 7"
"Lah itu kamu udah jawab, coba kamu hitung 2 ditambah 5 berapa?" tanya bu Rani.
"Ya 7 sih bu, aduh apa ya.... Kalimantan ya bu?"
Bu Rani mengangguk.
"Itu bu soto banjar, setahu saya itu doang" balasnya dengan cengengesan.
"Kurang 4 lagi, tanya temenmu itu loh" balas bu Rani sembari menyenderkan tubuhnya di meja depan.
"Kata Garvi iwak basamu, terus apa lagi Gar? oh itu bu lontong onani"
Kami semua benar-benar tak bisa menahan tawa, terutama bu Rani sendiri.
Ku lihat Andre menepuk pundak Dino, "Orari anjir, dikiran ani-ani hah?"
"Emang congek tuh temen lo, padahal gue bilang lontong orari malah ngucap lontong onani" balas Garvi yang membuat wajah dino memerah.
"Tau lah bu, anakmu yang ganteng ini marah" rajuk Dino dengan mencebikkan bibirnya yang membuat raut jijik dari kami.
"Iuhh jijik tau gak" ujar kami bebarengan.
"Sudah-sudah, lain kali literasi kali diperluas ya anak-anak. Now, please sit in your respective groups!" seru bu Rani yang membuat kami dengan cepat berkumpul sesuai dengan kelompok yang sudah ditentukan minggu kemarin.
You know what? I'm in a group with fucking Garvi.
"Damn it" umpatku dalam hati saat Garvi tiba dengan wajah songongnya yang membuatku sangat muak.
"Garvi kenapa woi? Kayak orang gila!" bisik Bintang.
"Emang gila, baru tau lo?" balasku dengan lirih.
Bintang hanya tersenyum tak jelas yang membuatku meliriknya dengan tatapan tajam.
Namun, aku tetap bersyukur karena satu kelompok dengan Bintang dan Andre yang selalu bisa diandalkan.
"Sekarang, silakan kalian menentukan makanan yang akan kalian masak nanti. Kemudian, kalian cari prosedurnya dan mulai membagi tugas ya!"
"Siap bu Rani"
"Bagus, ibu tinggal dulu ya nak dan inget jangan gaduh biar tidak mengganggu kelas lain. Selamat pagi" pamit bu Rani lalu beranjak dari kursi.
"Pagi bu, terimakasih bu" ujar kami dan diangguki bu Rani.

KAMU SEDANG MEMBACA
ALVI
Teen Fiction"Sayang dok uangnya," lirihku mengalihkan pandanganku. "Kamu lebih sayang uang yang bisa dicari daripada tubuh kamu yang hanya hidup sekali?" Aku tersenyum, "Tidak apa-apa dok, yang terpenting keluarga saya di desa bisa makan daging dari uang yang...