🌟HAMPIR MATI🌟

29 6 3
                                    

"Hati-hati di jalan, jangan meninggalkan kewajiban kamu sebagai seorang muslim ya!" pesanku kepada seorang lelaki berhoodie hitam yang hendak masuk ke Pesawat menuju Belanda.

Lelaki itu tersenyum meletakkan tangan di atas dahi seperti hormat, "Siap laksanakan! Kamu di sini jangan nakal, oke baby?"

Aku tersenyum dan mengangguk, "Siap. Udah sana masuk! Udah ditunggu orang tua kamu itu."

"Aku belajar dulu biar anak kita nanti bertambah pitar, selamat tinggal sayang!" pamitnya lalu masuk ke dalam Pesawat.

"Hati-hati di jalan!"

Lambaian tanganku terhenti saat dirinya benar-benar menghilang dari pandangan kedua mataku. Aku berbalik dan berjalan keluar dari bandara Internasional ini.

Aku langsung naik kereta menuju Malioboro untuk bertemu dengan seseorang yang akan membantu diriku menjalankan usaha ini.

Sesampainya di Malioboro, aku harus menggunakan becak agar sampai di tempat tujuanku saat ini. Melihat seorang kakek yang sudah berumur di pojok Malioboro ini membuatku tergerak untuk ke sana.

"Mbah, narik mboten nggeh?" tanyaku kepada lelaki dengan wajah yang sudah berkerut.

"Narik yow, nek mboten narik mangkin mboten angsal arta. Ajeng teng pundi?" balas Kakek berbaju batik cokelat muda itu.

Aku tersenyum simpul melihat antusias Kakek di depanku ini, "Teng Ngampilan saged nopo mboten?"

"Saged sanget, ayo munggah!"

Aku menurut dan menaikki becak milik Kakek ini, "Nanti berhenti di Ruko milik Pak Amat nggeh mbah!"

"Nggeh nduk," balasnya lalu kami mulai berangkat menyusuri jalan Yogyakarta di Sore hari ini.

Butuh waktu sekitar 15 menit aku sampai di tempat tujuan, "Maturnuwun sanget nggeh mbah, niki arta ne mboten sah dijujuli!" ujarku sembari menyerahkan selembar uang berwarna merah.

"Aduh nduk, mbah maturnuwun sanget. Lancar terus rezekine nduk," balasnya yang kuamini.

Setelah itu, aku masuk ke dalam ruko berwarna cokelat muda ini karena di depan sana sudah ada pemilik ruko dua lantai ini.

"Assalamu'alaikum Pak Amat, lama nggeh pak?" ujarku menghampiri seorang lelaki paruh baya berpenampilan rumahan.

"Wa'alaikumussalam, saya juga baru sampai ini. Mari masuk dulu!" balasnya mempersilahkan diriku untuk memasuki ruko ini.

"Ini baru atau sudah pernah ditempati?" tanyaku melihat kondisi ruko ini yang cukup bersih.

"Sudah pernah ditempati terus saya renovasi lagi. Jadi, terlihat baru lagi ini."

Aku mengangguk paham lalu melihat seluruh ruangan di ruko ini. Jika kalian bertanya apakah aku akan membeli ruko ini, maka jawaban yang akan aku berikan adalah iya.

Aku sengaja memilih ruko satu bangunan dengan dua lanti karena menurutku hal ini tidak akan mengganggu diriku saat berusaha kuliner.

Setelah selesai menyusuri setiap sudut ruko ini, aku dan Pak Amat duduk di teras ruko. Kami akan menyepakati segala hal di sini.

"Tidak bisa kurang ya pak untuk 1,2 M?" tanyaku berharap dimurahkan.

Pak Amat terdiam melihat berkas di tangannya, "1,15 M gimana? Itu sudah paling murah kalau untuk membeli ruko dengan kondisi seperti ini," balasnya yang membuatku semakin bimbang.

"1M saya transfer langsung hari ini," tukasku memberikan pilihan kepada lelaki berkumis tebal ini.

"Deal!" balasnya yang membuatku tersenyum lebar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 04, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ALVITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang