✨️KKN✨️

38 26 10
                                    

Butuh sekitar 9 jam 5 menit aku dan rombongan sampai di Frans Kaisiepo International Airport dari Yogyakarta International Airport.

Pertama kali aku menginjakkan di Tanah Papua ini membuat aku banyak bersyukur dengan pemberian Tuhan kepada Indonesia.

Aku tak berbohong, di sini sangat indah dan sejuk walaupun sedikit panas. Akan tetapi, hal itu tak akan menjadi sebuah masalah.

Percayalah kepadaku! Aku benar-benar sedang tak berbohong.

Setelah selesai dengan keperluan dinas Biak, kami memutuskan untuk yang beragama Islam salat terlebih dahulu di Masjid Darussalam.

Hal yang akan kami kunjungi sebelum pergi ke Biak Utara adalah pantai Frans kaisiepo yang membutuhkan sekitar 9 menit berjalan kaki dari Masjid Darussalam.

"Waktu kita di sini cuma sampai jam 2. Jadi, manfaatin buat makan dan istirahat!" tegas ketua umum KKN.

"Siap," balas kami serentak.

Aku mendengus sebal, padahal aku ingin menikmati senja di Pantai ini malah tidak bisa.

Kecewa sekali.

"Kenapa kamu? Belum dapet kabar dari ayang pasti nih!"

Aku menoleh dan mendapatkan seorang wanita berambut pirang dengan setelan pakaian yang sama denganku yaitu kemeja putih berpadu dengan celana hitam serta jas berwarna karung goni menatapku dengan tatapan menggoda.

Tanganku terulur untuk merapikan jilbab hitamku setelah aku melepaskan jas kebanggaanku laku aku tersenyum menatap Selly.

"Kamu tau? Sejujurnya, aku tidak tahu harus bagaimana agar hubungan kami jelas tetapi di sisi lain aku tidak mau mempunyai hubungan special dengan dia."

Selly mendudukkan diri di sampingku, dirinya melihat ke arah depan menikmati ciptaan Tuhan yang indah ini.

"Aku tahu apa yang kamu rasakan, aku tahu kamu belum bisa melupakan Garvi dan itu yang membuat semuanya menjadi rumit. Dari pada kamu bingung dengan semuanya, lebih baik selesaikan dengan masa lalumu terlebih dahulu."

Aku terdiam mencerna balasan dari Selly yang menurutku terdengar sangat rumit. Bukankah dari dulu aku memang menjalin hubungan dengan laki-laki tanpa adanya setatus yang jelas.

Dan aku menyukai hal itu karena menurutku hubungan seperti itu lebih terasa menyenangkan dari pada harus pacaran.

"Garvi?" aku terkekeh.

"Lelaki yang membuat diri dan hatiku gila, aku memang menyadari bahwa dia sudah berada di ruang yang berbeda di hati tetapi Alwer juga berbeda. Dia yang berkuasa di sana," lanjutku dengan penuh tekanan.

Selly berdecak, "Gini deh sekarang, kamu suka sama Alwer?" aku mengangguk.

"Kamu sayang sama Alwer?" aku mengangguk pasti.

"Kamu cinta sama Alwer?"

Aku terdiam sebelum membalas Selly. Cinta? Aku bertanya-tanya kepada diriku dan hasilnya nihil karena aku tak bisa menganggukkan kepala.

"Tuh kah! Kamu itu masih terjebak di cinta lama kamu, kamu itu harus keluar dari sana! Kamu harus selesaikan itu Alvi!"

"Aku sudah keluar tetapi masih ada banyak pintu yang harus aku lewati dan aku tak sanggup akan hal itu, I can't do it."

ALVITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang