PULANG BARENG

142 87 9
                                    


Butuh tiga hari untuk masa pengenalan lingkungan sekolah, pada hari terakhir MPLS aku pulang pukul empat sore tepat.

Sangat Melelahkan.

Sebelum upacara penutupan, terdapat satu Kegiatan yang harus kami semua lalui yaitu berkeliling sekolah ini.

Dimulai dari gedung A lantai bawah hingga gedung C lantai atas. Saat melewati perpustakaan yang sedikit sepi, aku baru menyadari bahwa tertinggal dari kelompokku.

"Astaga, lewat mana nih" gumamku panik saat ada dua belokan yang tersedia.

"Dora katakan padaku, kita harus belok kanan atau kiri!"

Setelah berpikir cukup lama, aku memutuskan untuk berbelok ke arah kanan. Aku harap ini benar.

"Tersesat ya dek?" ujar seseorang yang membuat diriku terlonjak kaget.

"Astagfirullah, mau bikin orang kehilangan nyawa hah?" sungutku sedikit marah, walaupun ternyata lelaki di depanku ternyata kakak zonaku.

Aku tak takut.

Kak Bayu tertawa puas saat melihatku marah, "Sengaja, makanya kalau lagi jalan tuh gak usah ngelamun"

"Terserah kakak deh, udahlah ayo buru ke kelas!" ajakku lalu berjalan terlebih dahulu dan disusul oleh kak Bayu.

Saat sampai di depan ruang OSIS, kak Bayu menyuruhku untuk pergi ke kelas sendiri.

"Maaf ya, saya harus mengambil absen terlebih dahulu. Kamu duluan aja!"

"It's okey" balasku lalu berlalu pergi.

Kakiku tersandung saat melewati lantai yang sedikit tinggi di depan aula dekat ruang kelas ku dan membuatku terjatuh.

Karena kaki kiriku terasa sangat sakit, aku melepaskan sepatu yang telah membalut kedua kakiku.

Merintih sakit karena ibu jari kakiku mengalir darah segar.

"Astagfirullah, kenapa jadi gini sih" kesalku.

Tak lama ada uluran tangan tepat di depan wajahku yang membuat aku menatap siapa pelakunya.

Seorang laki-laki dengan seragam putih biru, dirinya tersenyum membuatku membalas senyumnya walaupun sembari menahan sakit.

"Biar gue bantu" ujarnya lalu kubalas senyuman.

"Makasih atas bantuannya, tapi sorry gue bukan mahram lo!"

Aku mendudukkan diri di pinggiran aula dengan kedua kaki yang aku luruskan agar lelaki di depannya dengan mudah mengobati.

"Ceroboh banget!"

"Namanya juga gak sengaja kesandung, gimana sih lo!" desakku tak terima.

Lelaki di depanku berdecak, "Makanya jalan tuh pake mata!"

Mendengar balasannya, aku melotot tak terima.

"Pinter banget lo, masa iya jalan pake mata.... Jalan tuh pake kaki, mana ada orang jalan pake mata"

"Ribet lo elah, nih pake buat nutupin darah lo itu. Pake sendiri bisa kan?"

Aku mengangguk "Bisa lah, lo kira gue jadi sekrata cuma gegara begini apa?"

"Terserah lo deh"

Selesai membalut luka pada kakiku, aku memakai kembali sepatuku lalu mencoba berdiri agar terasa lebih baik.

"Masih sakit gak?" tanyanya.

Aku menggeleng, "Mendingan, makasih udah bantu gue"

Lelaki itu mengangguk, aku tak tahu siapa nama lelaki di depanku karena dirinya tak memakai name tag.

ALVITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang