"Sudah semua?" tanya wanita paruh baya dengan gamis yang menempel.
Aku mengangguk, "Sudah bu, ayo berangkat!"
Kemudian, kami semua berangkat ke Yogyakarta menggunakan mobil milik mertua adik ibuku bernama Udin.
Ayah, Varo dan Paklik Udin berada di depan karena Paklik Udin yang mengemudi. Sedangkan aku, Ibu dan Dina berada di belakang.
Butuh sekitar 2 jam kami sampai di tempat indekos yang telah aku tentukan. Yang pasti dengan harga yang sesuai denganku, tidak terlalu tinggi tetapi juga tidak terlalu rendah.
Sesampainya di indekos, kami langsung turun dan ternyata pemilik indekos tersebut sudah berada di sana.
Saat aku turun, suasana asri dari daerah ini sungguh terasa sekali. Aku bertambah senang karena cat indekos yang kupilih berwarna monokrom.
Haish, indah dan nyaman sekali.
"Mbak Alvi ya?" tanya seorang wanita paruh baya dengan daster dan jilbab berwana merah muda yang mencolok.
"Iya bu" balasku sopan lalu menjabat tangan Ibu Indekosku disusul oleh kedua orangtuaku juga paklik.
"Mari masuk, kamarmu ada di lantai bawah tidak apa-apa kan?" tanyanya.
Aku mengangguk dan memasuki indekos ini dengan kedua tangan yang penuh dengan barang bawaanku dari desa.
"Ini kamar saya bu?" tanyaku yang diangguki oleh Ibu Siti, pemilik indekos ini.
"Iya, niki kunci kamar kaleh gerbang nggeh. Mangken nek onten perlu kaleh Ibu ke rumah Ibu mawon gen, mpun ngertos to?"
"Nggeh sampun bu, maturnuwun bu"
"Sami-sami, permisi pak bu" pamit Bu Siti yang dibalas dengan senyuman oleh kami.
Kepergian bu Siti, aku mengeluarkan seprei dan memasang pada kasur yang tersedia karena Varo tertidur dibantu oleh Ibukku.
Sementara Paklik dan Ayahku duduk di ruang tamu depan setelah selesai memasukkan barang-barang keperluanku.
Selesai memasang, aku langsung membereskan barang bawaan ke tempatnya dibantu oleh Ibuku.
"Yang bener ya belajarnya, kalau butuh apa-apa kamu harus tanya sama bu Siti biar gak ada kesalahan" pesan Ibu yang kuangguki.
"Belajar juga sopan santun di sini, adab yang harus di terapin sama harus nurut sama aturan yang udah di sepakati orang-orang di sini" imbuh Ibu.
"Iya bu, nanti aku bakal tanya-tanya sama bu Siti. Ibu tenang aja,"
"Berarti kakak udah gak tidur di rumah ya?" celetuk adikku lalu turun dari ranjang.
Aku mengangguk lalu tersenyum, "Iya dong Din, sekarang waktunya kamu buat jagain Ibu ya!"
"Yah jadi sepi dong.... Pasti Dina jagain dong kak," timpal adikku dengan penuh percaya diri.
"Sip, gih sana sama Ayah dan Paklik di luar!"
Dina menggeleng dan tetap berkutat untuk mengeluarkan pakaianku dari tas, "Tidak, Dina mau bantu kakak sama Ibu saja"
"Ya sudah kalau begitu" balasku lalu kembali fokus untuk membereskan pakaian yang telah dikeluarkan oleh Dina dan memasukkan ke dalam lemari kayu yang telah tersedia.
Kurang lebih butuh waktu 2 jam hingga azan zuhur berkumandang selesai membereskan barang-barang yang ku bawa.
Lalu, kami memutuskan untuk salat zuhur satu persatu karena kondisi yang tidak memungkinkan.
Selesai melakukan ibadah salat, kami memutuskan untuk berkeliling kota Yogyakarta dan yang pasti adalah mencari makan siang.
Gudeg Yu Djum adalah pilihan kami karena butuh sekitar 5 menit untuk sampai di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVI
Novela Juvenil"Sayang dok uangnya," lirihku mengalihkan pandanganku. "Kamu lebih sayang uang yang bisa dicari daripada tubuh kamu yang hanya hidup sekali?" Aku tersenyum, "Tidak apa-apa dok, yang terpenting keluarga saya di desa bisa makan daging dari uang yang...