CEMBURU?

81 58 2
                                    

Berdiri di sini lagi, gelap juga sunyi.
Kenapa? Kenapa harus di sini?

Aku menghela napas lelah lalu mendudukkan diri di pinggir jalan, melihat pakaian yang kupakai membuat diriku muram.

Baju putih yang sudah lusuh juga terdapat bercak darah pada tangan juga kakiku. Aku terdiam sebentar lalu mencoba mencari sepasang kekasih yang biasanya diriku lihat.

Mataku terhenti pada tempat duduk pinggir jalan, senyumku merekah namun luntur karena tak ada tawa dari mereka berdua.

Aku mencoba berdiri untuk menemui pasangan berbeda jenis kelamin tersebut.

Arah jalan yang ku lewati memutar agar tak tersandung batu besar. Namun, nyatanya diriku salah karena diriku tak bisa melewatinya dikarenakan terdapat pohon besar tumbang yang menutupi jalan.

Aku berdecak lalu membalikkan diri dan melewati jalan seperti biasanya.

Saat melewati batu yang selalu menghalangiku aku benar-benar berhati-hati tetapi tetap saja diriku terjatuh.

Lututku kembali mengeluarkan darah segar, aku merintih kesakitan lalu mendudukkan diri dengan kaki yang ku luruskan.

Tanganku terulur untuk mengusap darah yang keluar dengan baju putihku. Aku kembali merintih hingga pasangan itu menoleh ke arahku.

Mata kami bertemu satu sama lain.

Aku langsung mengalihkan pandangan karena mata tajam mereka membuatku keringat dingin.

"Sialan" gumamku lirih lalu mencoba berdiri untuk menemui mereka setelah dirasa darah yang keluar telah berhenti.

Belum sempat aku melangkah mereka berdua menatap diriku tajam lalu tersenyum mematikan disusul oleh tangisan anak-anak kecil yang biasanya tertawa riang.

Kakiku bergetar hebat, wajahku sudah pucat pasi dan leherku seperti tertiup angin namun pada satu titik dan kecil.

Napasku memburu tak beraturan, aku melangkah ke belakang tanpa membalikkan posisiku hingga terjatuh dan gelap.

Aku membuka mataku sempurna dengan napas yang saling beradu.

"Astagfirullah" ujarku lalu memeriksa keadaanku.

Tanganku terulur untuk mengusap keringat yang bercucuran di wajahku. Aku terdiam sebentar dan menyadari bahwa diriku masih berada di kamar mandi.

Badanku bergetar hebat karena dinginnya tempat ini yang menembus ke tubuhku. Dengan gerakan cepat diriku langsung keluar dari kamar mandi dan masuk ke dalam kamar tidur.

Aku melihat jam digital di atas nakas, pukul 3 pagi.

Jadi, aku tertidur di kamar mandi belakang dari kemarin?

Kenapa tak ada yang mencari diriku? Sebegitu tak pentingnya diriku di rumah ini?

Aku tersenyum miris.

Saat tersadar sesuatu hal, aku meruntuki diriku sendir karena belum menunaikan kewajibanku sebagai seorang muslimah.

"Astagfirullah, gue belum sholat maghrib sama isya"

○○○○


Aku menatap ke arah depanku tepatnya di taman belakang sekolah dengan wajah masam. Aku bertanya pada diriku sendiri mengapa hatiku sangat gemuruh melihat kejadian di depanku.

Garvi bersama seorang perempuan yang ku bilang cantik, sangat cantik bahkan.

Sebenarnya aku tak sengaja melihat, karena sudah terlanjur jadi ku teruskan untuk mengintip mereka berdua.

ALVITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang