Sabtu, 23 September 2017
Sehabis menunaikan ibadah subuh, aku bergegas untuk mempersiapkan diri karena pukul 6 tepat kami satu kelas harus sudah berangkat ke Yogyakarta.
Untuk kebaya yang kupakai hari ini berasal dari salon yang dekat dengan rumah, aku memang tidak berniat untuk membeli karena tak ada uang.
Aku menyewapun dari hasil aku menabung dan untuk make up, aku hanya memakai seadanya saja karena memang kami semua menyetujui berpenampilan natural.
Aku bersyukur memiliki teman-teman yang mengerti keadaan teman lainnya, walaupun memang masih ada yang tidak setuju namun banyak suara agar berpenampilan natural.
"Sialan tuh hp!" umpatku kesal dengan bunyi benda pipih yang tergeletak di atas meja.
Bukan karena hp sebenarnya, tetapi lip tint yang ku pakai keluar garis.
Huhu...Aku menyrengit saat melihat isi pesan yang ternyata dikirim oleh Kia,
"Maksudnya apa dia ngirim beginian coba, emang dia tau kalau gue pernah suka sama Garvi" ocehku.
Saat melihat pesan terakhir membuat tanganku mengetikkan balasan yang sebenarnya tak ingin kulakukan.
Tapi.... ya sudahlah.
Tak mau ambil pusing, aku langsung mematikannya lalu meletakkan di atas kasur lalu kembali membereskan lip tint yang sudah mewarnai sampaing bibirku.
"Done, tapi kenapa rasnya muka gue sama aja sih!"
"Gak beda kan ya?"
Aku menghembuskan napas lelah karena tersadar dengan apa yang diriku lakukan.
Bersyukur!
"Gue cantik dengan apa yang gue punya bukan?"
○○○○
T
epat bus datang, aku selesai memarkirkan motorku di parkiran sekolah. Dalam hati aku sangat bersyukur karena tidak telat datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVI
Teen Fiction"Sayang dok uangnya," lirihku mengalihkan pandanganku. "Kamu lebih sayang uang yang bisa dicari daripada tubuh kamu yang hanya hidup sekali?" Aku tersenyum, "Tidak apa-apa dok, yang terpenting keluarga saya di desa bisa makan daging dari uang yang...