Chapter 2

946 40 2
                                    

Hari sudah sore dan menjelang malam dua pemuda terlihat sedang membereskan barang barang serta meja kursi yang berantakan di kafe tempatnya bekerja
"Oh dunk apa kau akan pulang sekarang??" Tanya temannya karena melihat dunk terburu buru bersiap pulang
"Iya nih phu lo sendiri dulu ya gw pulang duluan nyokap gw udah dirumah" ucap dunk sambil membuka serbet di tubuhnya
"Tapi dunk pulang jalan kaki??" Tanya phuwin khawatir pasalnya ini udah mau malam "Iya orang deket kok dah ya gw pulang dulu bye" Dunk pun meninggalkan kafe tersebut
"Oh ya udah hati hati ya!!" Teriak phuwin melihat sahabatnya sudah pergi menjauh
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Di rumah dunk
Dunk terlihat ragu untuk membuka pintu rumah nya perasaan takut dan gelisah menghantuinya entah apa yang akan terjadi perasaannya tidak enak
Dunk memutuskan untuk masuk kedalam rumahnya
Disana  terlihat seorang perempuan  setengah baya menatap dunk tajam
terlihat takut takut menghampiri perempuan itu
"Apa kau lupa jika punya rumah sialan??!" Teriak wanita itu lalu menghampiri dunk

plak!!!!

Wanita itu menampakkan dunk
"M-maaf bu aku baru pulang kerja" Dunk memegangi pipinya yang memerangi
"Jangan menjawab ku anak sialan!" Bentak ibu dunk
Tiffany menatap dunk dingin kemudian kembali bicara "Mana berikan uangnya" Sambil mengadahkan tangannya
"T-tapi bu uang ini untuk membayar hutang"
Tiffany kembali menampar dunk hingga ia tersungkur ke lantai Tiffany mendekati anaknya lalu berkata "saya tidak peduli dengan hutang sialan itu sekarang berikan uang yang kau punya"
Sambil menangis dunk menjawab
"I-ibu tidak bisakah kau berhenti berjudi?? Kita tidak punya uang bu dan uang yang aku dapat di akan cukup untuk membayar hutang ayah" mohon dunk pada ibunya
Bukannya sadar Tiffany mendengar itu malah tampak makin marah
Tiffany meraih rambut anaknya dan menarik nya kencang "Heh anak sialan apa salahnya jika kau menurut pada ku hah!! Dasar anak tidak tau diri" menghempaskan dagu anaknya
Tiffany merebut uang dunk dengan paksa dan ia berdiri kemudian kembali berkata "kalo gini kan enak"
Sebelum pergi Tiffany mengatakan hal yang membuat dunk shock setengah mati
"Oh dan utang itu sudah lunas kok karena kau yang saya jual" senyum lirik ibunya terlihat saat melihat anaknya dengan wajah terkejut
"Maksud ibu!!??" Dunk meninggikan suaranya "Jangan berani meninggikan suara di depan ku sialan!!"
Dunk menunduk tak berani menatap ibunya "mulai minggu depan kau akan tinggal bersama orang yang membeli mu tidak ku sangka anak sialan seperti mu memiliki harga yang cukup tinggi hahahaha" ucap ibunya tertawa jahat
Sungguh apakah itu beneran seorang ibu???
"Bu aku mohon jangan lakukan ini bukan kah aku anakmu satu satunya??" Tanya dunk terisak tidak percaya bahwa ibunya melakukan hal ini padanya
"Anak?? Anak yang tidak berguna seperti mu??? Harusnya kau sadar kalo hidup saya bakal lebih baik jika kau tidak lahir"
Bagai petir di siang bolong menyambar dirinya bagaiman tidak seorang ibu tega mengatakan hal seperti itu pada anak nya
"Ibu hiks..  aku mohon hiks..hiks jangan lakukan itu ibu hiks.. aku mohon" Dunk memegang kaki ibunya
"Lepaskan!!" Melepaskan paksa kakinya yang di pegang dunk dan membuat dunk tersungkur kedua kalinya
"Mulai minggu depan saya tidak mau melihat wajah mu karena itu membuat ku muak!!" Tiffany pergi meninggal kan rumah nya
.
.
.
.
Dunk terisak di kamarnya bahkan saat ia sudah mengikuti semua kemauan ibu nya itu masih belum cukup untuk membuat ibunya senang
Dunk rela berhenti sekolah saat lulus sma sebenarnya ia bisa saja melanjutkan kuliahnya namun karena paksaan ibunya ia harus berhenti dan dunk harus bekerja setiap hari untuk mencukupi kebutuhan hidup nya dan juga ibunya
Ayah dunk sudah meninggal dunia sejak 1 tahun lalu saat dunk masih berada di bangku sma kelas tiga semester akhir
Ayah meninggal dunia karena mengonsumsi obat obatan terkadang terlalu berlebihan hingga overdosis dan akhirnya meninggal dunia
Dulu saat ia kecil keluarga mereka sangat bahagia namun saat beranjak dewasa semua berubah mulai sifat tempramen ibunya dan ayahnya yang mulai suka judi, mabuk, dan mengonsumsi obat obatan terlarang itu karena ayah dunk yang stres saat ia di phk dan sama sekali tidak mendapatkan pekerjaan dan ibu dunk tidak terima suaminya menjadi pengangguran mengakibatkan ibunya suka marah marah hingga melakukan kekerasan pada suaminya dan juga dunk sendiri
Ayahnya juga tidak kalah
Soalnya saat ibunya dunk bersikap seperti itu ayahnya bukannya mencari solusi melainkan ia menyalurkan rasa kesal pada istrinya itu pada minuman keras dan judi
Awalnya hanya itu saja tapi semakin lama orang tuanya semakin di luar kendali dan dunk mengetahui jika ayah nya mengonsumsi obat obatan itu ibunya malah membiarkan hal itu seolah tak peduli
Saat ayahnya berada di bawah kendali obat obatan ayah sering mencoba melecehkan anak nya sendiri
Ayah dunk kerap memaksa dunk untuk berhubungan seks dunk selalu menolak dan untungnya sampai ayah nya meninggal ia tidak berhasil di paksa berhubungan seks oleh ayahnya
Walau begitu tetap saja hal itu menyisakan trauma yang sangat dalam untuknya walaupun dunk laki laki tapi ia memiliki hati yang lembut dan lemah jika tentang orang yang dia sayangi
Sampai saat ayahnya sudah meninggal dunia dunk bahkan tidak tau ia harus sedih atau bahagia
Sedih karena orang yang ia sayang telah meninggalkan nya atau bahagia karena tidak akan ada lagi yang menyiksa ya dan berusaha memperkaosnya
Namun kepergian ayahnya juga meninggalkan beban untuk dunk bagaimana tidak hutang sebanyak 10Miliar pada seorang pengusaha besar yang terkenal kejam dan sadis membuat dunk harus bekerja keras ngantuk melunasi hutangnya
Bahkan selama 1 tahun ini ia bekerja di tempat yang sama satu persen pun belum mampu ia bayar karena pekerjaan dunk tidak mendapatkan gaji tinggi dan juga pendidikannya hanya sampai sma
Dunk sempat ingin mengakhiri hidupnya namun hal itu tak terjadi karena ia masih mengingat ibunya dan tak ingin meninggalkan ibunya sendirian
Tapi entah bagaiman sekarang dunk tidak tau ia sudah lelah dan hanya akan mengikuti arah kemana takdir membawanya

Semenjak kepergian sang ayah hidup dunk tidak lekas membaik karena sikap ibunya yang malah semakin buruk selain hutang yang begitu banyak
Ibunya juga mulai suka judi dan membuat hutang jadi semakin banyak karena kekalahan yang diperoleh ibunya dari berjudi, mabuk dam bahkan suka memukul dunk walaupun dunk tidak salah karena saat ibunya jengkel entah karena apa ibunya akan memukul dunk untuk menyalurkan rasa jengkelnya
Ibunya hampir tidak pernah pulang ia pulang hanya untuk meminta uang dan menyiksa dunk jika ia sudah puas ia akan berhenti dan akan pergi lagi kembali entah kapan
Walau begitu dunk masih menyayangi ibunya karena hanya ibunya yang ia miliki didunia ini

Dunk bahkan tidak selera untuk makan malam karena mengingat perkataan ibunya barusan 'kau sudah ibu jual' itu kata yang terekam jelas dipikiran dunk
Sungguh dunk tidak menyangka bahwa ibunya tega melakukan ini
"Hiks....hiks.. setidaknya beri aku waktu sebentar saja hiks...untuk bahagia..." tangis dunk
Didalam itu dunk hanya diam dikamar tanpa ada niatan untuk keluar hanya sekedar mengisi perutnya
Dunk hanya menangis sampai ia lelah dan ketiduran







Pagi harinya dunk bangun terlambat ia buru buru bangun dan pergi kekamar mandi untuk membersihkan tubuhnya kemudian memakai seragam kerjanya
Dunk pergi keluar terburu buru tapi ia sempatkan untuk melihat sekitar apakah ibunya ada atau tidak dan ternyata nihil tidak ada siapapun di rumahnya
Dunk pun berangkat bekerja dengan jalan kaki karena jaraknya dekat
Sesampainya di kafe disana sudah ada sahabatnya yaitu phuwin, phuwin juga adalah karyawan di kafe itu ia selalu bersama dunk phuwin juga tidak lanjut kuliah karena phuwin tidak punya biaya ia hanya hidup sendiri tanpa orangtua
"Maaf phu gw telat" ucap dunk sambil mengatur napasnya
"Untung boss belum datang, kenapa lo??" Tanya phuwin
Dari penampilan dunk phuwin tau apa yang telah terjadi
"Udah sana kerjain kerjaan lo keburu bos dateng" pinta phuwin
"Siap pak" canda dunk
"Hus hus sana" balas phuwin
Mereka berdua tertawa pelan merasa lucu dengan tingkahnya masing masing
.
.
.
.
.
.
.
Saat sedang sibuk dengan pekerjaannya dunk salfok sama dua orang berpakaian serba hitam dengan aura mencekam seperti es batu berjalan masuk kedalam kafe nya dan duduk di dekat jendela
Pengunjung yang datang tidak berani menatap mereka karena tau jika ada yang membuat mereka risiko nyatanya akan jalan jalan di surga atau didunia ini haha
Dunk kebingungan mengapa tidak ada orang yang berani melihat mereka
"Phi kenapa mereka takut dengan dua pria itu??" Tanya dunk pada rekan kerja di samping nya ia menoleh ke arah meja yang ditunjuk dunk dan sontak ia berkata "Ehh e ee dunk kau layani mereka a aku ada kerjaan di belakang hehe pay pay" rekan kerja dunk lari meninggalkan dunk
Dunk yang tidak tau apa apa pun hanya mengedikkan bahunya atuh lalu mengambil set menu dan berjalan menuju meja tempat dua orang itu berada
"Permisi tuan ini menu nya silahkan dipesan" ucap dunk sopan tidak lupa kepalanya menunduk
"Hey kenapa menunduk kami tidak akan membunuh kok kok hahaha" candaan macam apa itu tidak lucu sama sekali
"Americano" ucap temannya tanpa menoleh ke arah pelayan
"Ohh iya dua ya makasih manis" godanya lagi
Dunk pun menyiapkan pesanan mereka dan segera mengantarkan nya
Dunk masih bingung kenapa orang orang takut pada dua orang itu tapi karena itu bukan urusan dunk ia pun tidak bertanya kepada rekan kerjanya
Dunk tetap melakukan tugasnya dengan baik
.
.
.
.
.
.
.
.
Jam sudah menunjukkan pukul 7 sore menjelang malam semua karyawan kafe bersiap pulang kerumahnya masing masing begitu pula dengan phuwin dan dunk  "Eh dunk pulang sama siapa??" "Lo kan tau sendiri biasanya gw jalan kaki" jawab dunk lelah dengan pertanyaan yang sama dari phuwin
"Dah ya gw pulang dulu bye" Dunk pergi meninggalkan kafe dan berjalan kaki menuju rumahnya
Phuwin hanya menatap punggung sahabat nya yang mulai menjauh
"Gw ga tau kenapa lo sekuat itu dunk kalo gw jadi lo mungkin arwah gw udah jalan jalan disurga" gumam phuwin lirih

Dunk sampai dirumahnya lagi dan lagi rumahnya sepi ibunya tak pulang lagi dan dunk akan selalu sendirian di rumah itu dunk menghela nafas berat lalu berjalan gontai menuju kamarnya
Tiba di kamar dunk langsung membersihkan diri kemudian makan malam dengan makanan yang ia beli saat dijalan tadi
Selesai makan dunk sedikit membaca komik kesukaan nya belum banyak tulisan yang ia baca Tiba tiba pikiran dunk dihantui oleh perkataan ibunya kemaren malam tentang dunk yang akan dijual ke orang yang tidak ia kenal sama sekali
Dunk hanya diam dan menatap langit langit kamarnya
"Huhhh bagaimanapun ini adalah hal terakhir yang bisa gw lakukan buat itu setelah itu gw ga akan bertemu dengan ibu lagi" gumam dunk
Walaupun dunk menyayangi ibunya tapi sebenarnya dunk akan takut saat ia melihat ibunya mungkin karena traumanya

Dunk memilih untuk tidak terlalu memikirkan nya
Diam di tempat tidur mata dunk lama kelamaan tertutup pelan dan yap dunk tertidur mungkin karena lelah bekerja seharian

Apakah esok pagi akan lebih baik??
Who knows??


Bersambung........
Pyuuu


Change ItTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang