Chapter 3

682 34 2
                                    

Siapa sangka waktu satu minggu sudah terlewat begitu saja dan yaa pastinya hati seseorang sedang jedag jedug sekarang bagaimana tidak perkataan ibunya yang minggu lalu ternyata bukan candaan
Ibunya benar benar serius tentang hal itu dan bukankah itu gila?
Seorang ibu tega menjual anak satu satunya yang ia miliki hanya demi utang dan uang??
Dunk juga tidak habis pikir
Tapi dengan pemikiran dunk yang tak mau stres stres amat dunk berfikir jika nanti ia di ambil oleh orang yang membeli nya se enggak nya dunk keluar dari neraka ini
Rumah yang harusnya menjadi tempat ternyata tapi malah jadi tempat dimana dunk mempunyai banyak ketakutan dan trauma yang tak kunjung hilang
Meski dulu dunk selalu ke psikiater untuk memperbaiki mental nya tapi dunk menyerah karena ia lelah
Dunk bersyukur setidaknya jika majikannya jahat ia tak akan sejawat orangtua nya dulu dan sekarang

Dunk sedang duduk melamun di depan cermin menatap dirinya yang terlihat sangat tidak baik dimana masih banyak bekas luka bekas pukulan ibunya, rambut yang panjang dan berantakan serta baju kasut karena perlakuan ibunya kemaren malam
"Huhh jika aku hidup di jalanan mungkin orang akan mengira aku orang yang patut mereka kasihani" hembusan nafas dunk terdengar
Dunk beranjak kekamar mandi dan membersihkan dirinya
Dunk tau dirinya akan di ambil hari ini oleh orang yang sudah membelinya dari Ibunya tapi ia ingin terlihat baik baik saja dan ia juga sangat ingin walaupun ia nanti akan mati karena jadi budak orang lain setidaknya sedikit ia sudah berguna untuk ibunya
Dunk kembali menatap dirinya di depan cermin mulutnya membentuk senyum namun sorotan matanya menunjukkan kesedihan yang mendalam
Tanpa dunk sadari air matanya turun
Dunk yang sadar pun langsung menghapus air matanya
"Ayolah dunk kenapa lo lemah banget sih" ucap dunk semakin terisak
"Hikss.....hiks tapi heks... gw capek aaaa" Tapi dunk mendudukan dirinya di samping tempat tidur
Dunk memukul mukul kepalanya mengingat semua hal menyakitkan yang ia terima
Selang beberapa menit dunk  akhirnya menyelesaikan tangis nya dan berdiri menghapus semua bekas tangisnya
Setelah selesai dan siap dunk berjalan menuju ruang makan disana Dunk sangat terkejut melihat untuk pertama kalinya sang ibu memasak
Apakah untuk dunk??
Ntah lah
Dunk hanya berjalan menuju dapur lalu duduk di kursi depan ibunya
Benar saja ibu nya dunk memasak untuk dunk
Dunk hanya menatap ibunya heran namun juga sedih karena ini seperti bukan ibunya
"Ga usah lebay ini adalah tanda perpisahan saya sama kamu" ucap Tiffany saat sadar dunk hanya menatap nya
"M-maksud ibu??"
Dunk sebenarnya tau maksud ibunya tpi dunk ingin memastikan sekali lagi
"Nanti jam 9 mereka akan datang dan jadilah budak yang baik dan jadilah orang berguna sedikit" sini ibunya
"Dan ya dengan ini hutang budi mu pada sudah lunas" sambungnya Tiffany meninggalkan dunk yang terdiam di meja makan
Dunk menyuap makanan yang di masak ibunya hanya nasi goreng biasa namun bisa membuat dunk menangis sesegukan sampai sampai tenggorokan nya tidak bisa menelan makanan itu
"Maaf...maaf...karena aku menjadi anak yang tidak berguna ma af karena aku la hir ini ada lah hal ter akhir yang bi sa dunk  laku kan un tuk i bu" ucap dunk putus putus di tengah isak tangis nya
Dunk menghabiskan makanannya di temani dengan asin air mata

Masih jam 7 lebih 55 masih ada 65 menit lagi dunk tidak bersiap ia hanya diam dan bengong di ruang tamu
Sesaat kemudian handphone dunk bergetar memperlihatkan nama phuwin yang menghubunginya dunk dengan cepat mengangkat telepon nya
"Dunk lu ga kerja?? Kok tumben?? Sakit lo?"
Tanya phuwin bertubi tubi dunk masih diam sesaat
"Maaf phu gw udah selesai kerja" ucap dunk sedih
Phuwin yang mendengar hal itu kaget
"Whatt?? Really?? Tapi kenapa??" Phuwin tidak terima sahabat satu satunya tiba tiba selesai menemaninya bekerja
"Maaf kalo nanti gw ga bisa ngehubungin lo dan maaf kalo gw banyak salah sama lo, lo adalah sahabat terbaik gw, tetap jadi sahabat gw ya jangan benci gw" jelas dunk suaranya serak se akan ingin menangis
"Maksud lo ngomong gitu teh apa gitu???!!!" Phuwin tidak paham dan tidak terima dengan ucapan sahabatnya kek kok gitu??
"Sekali makasih dan maaf ya" Dunk mengakhiri panggilan sepihak karena dunk tidak bisa menahan tangisnya "maaf phu" ucap dunk lirih dunk mengusap rambutnya kasar dunk menghela nafas panjang dan memilih pergi ke balkon untuk menenangkan diri
Masih ada sedikit waktu untuk ia mencari ketenangan sebelum hal buruk akan menimpanya nanti



Change ItTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang