Sudah terhitung enam tahun terakhir sejak kelulusannya dari SHS, Jennie Kim gadis manis yang mempunyai gummy smile itu harus menetap di rumah sakit. Kanker darah yang Jennie derita membuatnya harus tetap dalam pengawasan dokter.
Sebenarnya Jennie sudah sangat bosan dengan keadaannya, bagaimana caranya agar dia bisa segera sembuh, berbagai pengobatan sudah dia lalukan, namun tetap belum ada hasil yang memuaskan.
Pagi ini Jennie menjalani pemeriksaan seperti biasa, harusnya dia sudah merasa biasa saja namun tetap saja perasaan sedih yang melingkupi perasaannya selalu ada. Jennie ingin seperti orang lain yang bisa menikmati waktunya tanpa harus berurusan dengan sebuah penyakit yang bisa dibilang mematikan.
" Kondisinya cukup stabil, saya harap nona Jennie akan selalu seperti ini" ucap dokter yang sudah lama menangani Jennie
" Kalau begitu saya permisi, semoga nona Jennie secepatnya sehat kembali" lanjut dokter itu pada Jennie yang hanya dibalas dengan anggukan saja.
" Kapan hal itu akan terjadi? Kesembuhan tentu saja aku mau, tapi rasanya sangatlah mustahil " Jennie lebih memilih menutup matanya sembari menunggu ibunya yang mungkin saja sedang sarapan di cafetaria rumah sakit.
Seorang dokter muda yang baru saja memeriksa salah satu pasiennya tanpa sengaja menabrak seseorang yang sepertinya sedang terburu-buru.
" Astaga maafkan saya" dokter muda itu membantu seseorang yang nampak meringis kesakitan.
" Ah tidak apa-apa dokter, saya juga sedang terburu-buru tadi" ucapnya
" Kalau begitu saya duluan dokter " sang dokter mempersilahkan dan ia pun melanjutkan langkahnya.
Dokter muda itu tak lain dan tak bukan adalah Lalisa Manoban, diusianya yang cukup muda gadis asal Thailand itu sudah berhasil menyabet gelar seorang dokter.
Jennie menikmati suasana cerah di taman rumah sakit, banyak juga pasien yang mungkin menghabiskan waktunya disana. Jennie juga ditemani kakaknya Kim jisoo.
" Eonnie apa aku akan benar-benar sembuh?" Inilah yang jisoo tidak suka dimana Jennie yang selalu merasa putus asa dengan penyakitnya tentu saja jisoo juga paham, namun bukankah tidak seharusnya adiknya berpikir seperti itu.
" Tentu saja kau akan segera sembuh, aku, appa dan eomma akan selalu mendampingi mu" jisoo
" Hem semoga saja" Jennie
Pandangan Jennie tiba-tiba terkunci pada seorang dokter muda yang jelas saja tidak asing dimatanya, seseorang yang pernah mengisi masa lalunya, seseorang yang sangat dicintainya namun karena kekhawatirannya Jennie memutuskan untuk meninggalkannya.
" Apa yang sedang kau lihat?" Jisoo
" Tidak ada" jawab Jennie dengan cepat namun jisoo tidak sebodoh itu, dia tau kalau Jennie sedang memperhatikan seseorang dan ternyata itu adalah dokter yang tidak sengaja bertabrakan dengannya.
" Kau mengenalnya?" Jisoo
" Siapa?" Ucap Jennie bingung dengan siapa yang dimaksud jisoo
" Dokter itu siapa lagi, kau memperhatikannya tadi" jisoo
" Hanya teman lama " acuh Jennie namun tidak dengan tatapan matanya yang seolah memancarkan kerinduan yang mendalam
" Ah aku tidak tau kau memiliki teman selain Irene dan rose" jisoo
" Kau saja yang tidak memperhatikan ku eonnie" Jennie
Jisoo tak lagi menjawab dia malah ikut memperhatikan dokter yang tadi Jennie perhatikan, sepertinya ada sesuatu diantara keduanya. Namun jisoo tidak tau akan hal itu, nanti saja dia akan mencari tahu.