Hallo semua, maaf banget ya... Untuk book ini Lara TIDAK AKAN MELANJUTKANNYA LAGI. Huhuhu(╯︵╰,) maaf banget ya🙏
-------------🎀
Pernikahan ini bukan tentang cinta. Setidaknya, bukan untuknya.
Astra Elyra Calista selalu percaya pada pernikahan...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
“Terkadang... yang kita butuhkan bukan jawaban, tapi keberanian untuk menerima bahwa tidak semua pertanyaan harus terjawab.”
—°•°🎀°•°—
Setelah selesai sarapan, mandi, dan berganti pakaian, Archer dan Astra berjalan keluar menuju halaman depan rumah. Matahari pagi sudah mulai meninggi, menandai waktu yang perlahan mendekati siang. Udara terasa hangat, tidak lagi dingin seperti saat subuh, tapi belum juga menyengat. Angin semilir membuat dedaunan di taman rumah Archer berayun pelan.
“Tutup matamu,” perintah Archer tiba-tiba.
Astra menatapnya curiga. “Tidak. Aku tidak mau. Kenapa aku harus menutup mata?”
Alih-alih menjawab, Archer mengangkat sehelai kain hitam dan perlahan menutup mata Astra. “Hei! Archer! Kamu bertingkah aneh! Kenapa kamu menutup mataku?” seru Astra, setengah tertawa namun juga kebingungan.
Archer menggenggam tangan Astra dengan tenang, menuntunnya perlahan. “Hati-hati, ada tangga,” bisiknya pelan.
“Tangga? Astaga! Archer! Tidak bisakah kamu membiarkanku melihat secara normal? Kenapa kamu terus menutup mataku?” suara Astra meninggi, terdengar kesal namun tetap imut.
Archer tersenyum tipis. “Aku suka saat kamu ribut begini. Menyenangkan menggodamu.”
Langkah mereka akhirnya berhenti. Archer berdiri di hadapannya, kemudian perlahan membuka ikatan kain penutup mata itu.
Astra membuka matanya pelan. Cahaya sore sempat menyilaukan pandangannya, tapi kemudian matanya membulat saat melihat apa yang ada di depannya.
“Wah... Mobil sport?! Mobil siapa ini? Milikmu?” tanyanya antusias, matanya berbinar.
Archer menyilangkan tangan di dada dengan gaya santai. “Ini rumahku. Jadi, ini harusnya milikku juga,” jawabnya angkuh.
Astra buru-buru mengangguk, wajahnya sedikit memerah. “Benar juga. Maaf, aku terlalu bersemangat. Aku nggak tahu kalau kamu juga suka mobil sport. Boleh aku coba mengendarainya?”
Archer terkekeh pelan. “Tentu saja. Tapi bukan di sini.”
“Hah?” Astra memiringkan kepalanya, bingung.
Tanpa menjawab, Archer membukakan pintu mobil untuknya. “Masuk.”
“Ke mana kita akan pergi?”
“Kita akan jalan-jalan,” jawab Archer sambil menutup pintu setelah Astra masuk. Melihat binar senang di wajah Astra, hatinya terasa hangat.
“Jadi mau?” tanya Archer, menatapnya sambil duduk di balik kemudi.