🎀 26. Ketika Salad Tak Lagi Hambar

95 41 0
                                        

Semoga sukaa 💗💗

"Sometimes, you don’t need to be perfect to be worthy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sometimes, you don’t need to be perfect to be worthy. You just need to be real."

—°•°🎀°•°—

Setelah makan malam, mereka memutuskan berjalan-jalan ke taman kecil tak jauh dari restoran. Lampu-lampu taman memancarkan cahaya temaram yang lembut, menyinari jalan setapak yang mereka lewati. Astra berjalan lebih dulu, sementara Archer menyusul beberapa langkah di belakang.

“Astra,” panggil Archer.

Astra berhenti dan menoleh. “Hm?”

“Kamu... tidak perlu menganggap ini sebagai kencan,” ujar Archer perlahan.

Astra mengerutkan dahi, bingung. “Maksudmu?”

“Anggap saja aku hanya ingin makan malam bersamamu. Kencan yang sebenarnya... akan aku rencanakan nanti. Di tempat yang belum pernah kita datangi sebelumnya. Bagaimana menurutmu?”

Astra menatapnya sejenak, lalu tersenyum samar. “Tidak apa-apa, Archer. Aku rasa… kencan bukan lagi hal yang terlalu penting.”

Archer mengangkat alis, menatapnya dengan cemas. “Apa ada yang salah?”

Astra menarik napas, lalu menatap lurus ke depan. “Aku hanya berpikir... mungkin ‘kencan’ hanyalah sebuah kata. Yang lebih penting dari itu adalah waktu yang kita habiskan bersama, seperti ini.”

Archer mengangguk pelan. “Tapi bukankah kamu ingin membatalkan pertunangan kita karena aku tak pernah benar-benar memperhatikanmu?”

Astra tersenyum kecut. “Itu benar. Maaf… aku tak bermaksud menyakiti.”

“Tak apa,” balas Archer lembut. “Aku mengerti, dan aku mencoba berubah. Kamu tak setuju dengan itu?”

“Aku tidak bilang begitu. Aku hanya... belum terbiasa.” Astra menunduk sebentar, lalu menatapnya dengan tatapan jujur. “Kamu masih suka menggoda dan memarahiku. Kadang, aku tak tahu bagaimana harus bersikap. Tapi... inilah aku. Makin kamu mengenalku, makin terlihat sisi asliku yang... agak nakal, mungkin?”

Archer terkekeh kecil. “Kamu boleh nakal sesukamu. Aku hanya ingin kamu merasa nyaman jadi diri sendiri.”

Astra tersenyum malu, pipinya merona. “Kamu juga. Jangan berubah hanya untuk membuatku nyaman. Karena justru sikapmu yang kadang membingungkan itu... membuatku penasaran.”

Archer menatapnya penuh makna. “Mungkin... kita berdua memang harus belajar menyesuaikan diri. Karena kalau dua orang benar-benar saling mencintai, mereka akan berusaha bertemu di tengah.”

Astra mengangguk pelan. “Aku akan mencoba. Walau aku tetap nggak bisa masak, ya. Tapi siapa tahu nanti aku bisa belajar.”

Ia melirik Archer sekilas, lalu menambahkan cepat, “Dan... aku belum bilang aku batal membatalkan pertunangan. Jadi jangan kira kamu bisa membodohiku dengan kata-kata manismu, ya.”

L'Amour Retrouvé [Tidak Dilanjutkan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang