Hallo semua, maaf banget ya... Untuk book ini Lara TIDAK AKAN MELANJUTKANNYA LAGI. Huhuhu(╯︵╰,) maaf banget ya🙏
-------------🎀
Pernikahan ini bukan tentang cinta. Setidaknya, bukan untuknya.
Astra Elyra Calista selalu percaya pada pernikahan...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
“Kebahagiaan ternyata bisa sesederhana berbagi troli, tertawa di lorong makanan ringan, dan mengenal seseorang dari hal-hal kecil yang mereka pilih tanpa sadar.”
—°•°🎀°•°—
Aroma sayuran segar dan musik lembut dari speaker supermarket mengalun pelan, mengiringi langkah Astra dan Archer di antara lorong-lorong belanja. Troli belanja bergemerincing ringan di dorong oleh Archer, sementara Astra berjalan di sampingnya, sesekali menunjuk sesuatu dengan antusias.
“Kamu nggak nyangka ‘kan kalau aku bakal ngajak kamu kencan ke supermarket?” ucap Astra, tersenyum penuh semangat.
Archer meliriknya, lalu mengangguk singkat. “Nggak nyangka. Tapi... unik.”
Astra tertawa pelan, meraih sekotak sereal dari rak. “Kulkas kamu penuh sama barang-barang aneh yang nggak bisa dimakan. Jadi aku pikir, lebih baik kita belanja bareng.”
Archer menaikkan sebelah alisnya. “Kamu nggak suka makanan yang aku buat?”
“Bukan gitu,” sanggah Astra cepat, menggeleng. “Aku suka kok. Tapi... ada banyak hal lain yang aku pengin makan. Dan sejak aku tinggal sama kamu, kupikir... kalau kita tahu apa yang disukai satu sama lain, kita bisa saling mengenal lebih dalam, ‘kan?”
Archer terdiam sejenak, lalu tersenyum tipis. Tatapannya lembut, berbeda dari biasanya.
“Logika yang sederhana... tapi manis,” gumamnya pelan.
Mereka pun melanjutkan perjalanan melewati rak demi rak, saling bertukar komentar tentang makanan favorit, mencoba menebak rasa camilan dari kemasannya, bahkan saling mengejek pilihan satu sama lain—semuanya dibalut tawa ringan dan pandangan yang diam-diam penuh makna.
Di antara kebersamaan yang sederhana itu, Astra sempat berhenti sejenak, memandangi Archer yang sedang memeriksa label gizi dari sebuah kotak biskuit.
Hatinya hangat.
---🎀
Ruangan itu dipenuhi kilau logam mahal dan aroma khas interior mobil baru. Di tengah jajaran supercar berderet rapi, Aldrin berdiri dengan gelisah, ponsel menempel di telinga. Matanya tajam, langkahnya gelisah.
“Dasar brengsek... Kupikir kamu nggak akan angkat teleponku,” geramnya pelan, nada suaranya tajam. “Di mana kamu sekarang?”
Suara di seberang terdengar santai, tenang. “Aku pergi ke sirkuitmu.”
Aldrin mengernyit. “Apa? Kenapa kamu ke sana? Kenapa nggak bilang dulu ke aku? Aku ingin membicarakan soal vesta.”