🎀 34. Teka-Teki Rasa

134 39 61
                                        

“Kadang, yang kita butuhkan bukan waktu atau alasan, melainkan keberanian untuk mengakui apa yang kita rasakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Kadang, yang kita butuhkan bukan waktu atau alasan, melainkan keberanian untuk mengakui apa yang kita rasakan.”

—°•°🎀°•°—


Setelah puas bermain skateboard, Aldrin dan Vesta duduk di bangku panjang yang terletak di pinggir lapangan. Udara sore itu terasa sejuk, dan suara roda skateboard yang menggesek aspal mulai menghilang, digantikan oleh keheningan.

Vesta menatap Aldrin dengan tatapan penuh tanda tanya. “Boleh aku tanya sesuatu?”

Aldrin yang sedang memandang ke depan, mengangguk perlahan. “Tentu.”

“Kenapa kamu begitu baik padaku?” Vesta bertanya dengan hati yang penuh kebingungan. “Kenapa kamu selalu menjaga aku, dan bahkan mengajakku berkencan? Apa tujuanmu melakukan semua itu?” Suara Vesta bergetar sedikit, namun dia berusaha tetap tenang.

Aldrin menatapnya dengan mata yang penuh perhatian. “Kamu benar-benar tidak tahu ini?”

Vesta menggelengkan kepala pelan. “Apakah aku mengganggu kamu?”

Aldrin langsung tersenyum lembut, tetapi senyumnya sedikit terpaksa. “Tidak, tidak sama sekali. Bukan itu maksudku.”

Vesta mendengus kesal dan membuang muka. Hatinya mulai terasa sesak, tak bisa lagi menyembunyikan perasaan yang sudah lama terpendam.

Aldrin memandang Vesta dengan khawatir. “Vesta… apa masalahnya? Kenapa kamu nggak bilang saja? Semua ini bisa kita selesaikan.”

Vesta menatap Aldrin dengan tatapan tajam, seolah mencari jawaban dari dalam dirinya. “Kamu seharusnya bertanya itu pada dirimu sendiri,” katanya dengan nada kesal, lalu menatap Aldrin sejenak sebelum bertanya balik. “Katakan padaku, apa yang salah dengan kita?”

Aldrin terdiam, bingung. “Mari kita pulang, aku rasa kamu lelah sekarang. Kita bisa bicarakan nanti.”

Vesta menggelengkan kepala, matanya mulai berkaca-kaca. “Aku lelah, Aldrin. Aku lelah karena kamu tak pernah memberitahuku apa pun. Kamu ingin tahu segalanya dariku, tapi aku bahkan nggak tahu apa-apa tentangmu. Bagiku, aku hanya… tinggal di rumahmu dengan status apa, sih? Kemarin... kenapa kamu menciumku? Apa itu artinya? Apa aku hanya sebuah pilihan sementara bagimu?”

Aldrin terdiam, tak mampu berkata apa-apa. Vesta menunggu jawaban yang tak kunjung datang, hatinya semakin kecewa. “Aku sudah menunggu terlalu lama untuk jawabanmu,” tambah Vesta dengan nada hampir putus asa, kemudian berdiri dengan langkah cepat, ingin pergi.

Aldrin segera meraih pergelangan tangan Vesta, mencoba menghentikannya. “Vesta, tunggu!” Tapi Vesta dengan cepat menghempaskan tangan Aldrin dan berlari meninggalkan tempat itu.

L'Amour Retrouvé [Tidak Dilanjutkan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang