🎀 33. Rasa Takut & Kepastian?

98 34 56
                                        

Semoga sukaa 💗

“Kadang, jujur soal rasa memang menakutkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Kadang, jujur soal rasa memang menakutkan. Tapi kehilangan tanpa pernah mencoba jauh lebih menyesakkan.”

—°•°🎀°•°—


💫Lab Fakultas Teknik

Tap… Tap… Tap…

Langkah Stella bergema di antara lorong sepi. Ia buru-buru memasuki lab setelah mendapat telepon dari Mahen pagi tadi.

"Bagaimana?" tanya Stella sambil menahan napas. "Aku datang secepat yang aku bisa. Tapi—"

Ucapan Stella terhenti ketika Mahen tiba-tiba mendekatkan wajahnya ke arah lehernya. Jarak mereka begitu dekat, sampai Stella bisa mendengar tarikan napas Mahen yang halus.

Mahen menutup matanya sejenak, menghirup udara di sekitar Stella. "Apa kamu pakai parfum?"

Stella spontan menarik diri sedikit, menatap Mahen dengan bingung. "Aku... nggak pakai parfum. Tapi aku mandi sebelum ke sini." Ia menggaruk pelipis, kikuk. "Pagi tadi, sebelum datang, aku nyapu halaman rumah dulu… Tapi ya sudah, lupakan soal itu. Jadi, masalahnya di mana?"

Mahen menahan tawa kecil, lalu membuka laptopnya dan memutar layar ke arah Stella. "Di sini. Komponen ini nggak cukup kuat buat menahan gaya dari rotasi unit utama."

Stella mendekat, meneliti dengan serius. Wajahnya berubah fokus, dan Mahen, yang duduk di sampingnya, malah sibuk memperhatikan setiap detail di wajah Stella.

"Bagaimana bisa kita melewatkan ini?" gumam Stella, bibirnya mengerucut pelan.

"Karena kemarin kamu lagi ngambek," sahut Mahen sambil tersenyum simpul. "Dan aku sibuk nahan diri buat nggak ganggu kamu."

Stella melirik sekilas, wajahnya bersemu. Mahen masih menatapnya, pandangannya lembut dan tak terbaca.

"Stella. Tau ngga sih, aroma kamu kayak bikin otak aku nge-lag, tapi anehnya… aku suka."

---🎀

• Ruang Musik Bar Pallas

Suasana ruangan dipenuhi dentingan halus alat musik yang belum sepenuhnya disimpan. Di tengahnya, Nay duduk di balik meja kecil, matanya fokus menelusuri laporan keuangan bar lewat tablet di tangannya.

Klik.

Pintu terbuka pelan.

“Nay.”

Nay mendongak. “Astra?” ujarnya kaget. “Kamu ngapain di sini? Kamu butuh sesuatu?”

Astra menghela napas panjang lalu menjatuhkan tubuhnya di sofa seberang Nay. Bahunya lunglai.

“Aku nggak tahu harus ke mana lagi.”

L'Amour Retrouvé [Tidak Dilanjutkan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang