Hallo semua, maaf banget ya... Untuk book ini Lara TIDAK AKAN MELANJUTKANNYA LAGI. Huhuhu(╯︵╰,) maaf banget ya🙏
-------------🎀
Pernikahan ini bukan tentang cinta. Setidaknya, bukan untuknya.
Astra Elyra Calista selalu percaya pada pernikahan...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Cinta yang penuh rahasia... akan selalu terasa dingin, meski dibungkus dengan pelukan hangat."
-°•°🎀°•°-
Sambungan video call masih menyala di meja, menampilkan wajah Astra yang tertawa kecil sendirian di layar. Namun di sisi lain layar, Vesta tiba-tiba membeku di tempatnya.
Langkah kaki Aldrin terdengar mendekat, dan sebelum Vesta sempat memutuskan panggilan, Freya yang sedari tadi dipangkunya langsung melompat turun, berlari menghampiri sosok yang baru datang itu.
Aldrin berhenti sejenak, tampak heran saat melihat kucing kecil itu menempel padanya. Tanpa banyak berpikir, ia membungkuk dan menggendong Freya dengan satu tangan, ekspresinya netral tapi lembut.
Vesta membelalakkan mata. "Aldrin!"
Ia langsung bangkit dan berlari menghampirinya, meninggalkan ponselnya di meja dengan kamera depan yang masih menyala, memperlihatkan kejadian secara langsung pada Astra.
"Kamu nggak boleh membunuh Freya!" pekik Vesta panik, merebut paksa kucing itu dari pelukan Aldrin dan memeluknya erat seolah sedang menyelamatkan nyawanya.
Aldrin mengangkat alis, tercengang. "Hah?"
Sementara itu, di seberang video call, Astra nyaris terjungkal dari tawa. Ia menutupi mulutnya sambil menggeleng. Mudah sekali menipunya, pikir Astra geli, dan dia benar-benar percaya.
Kembali ke ruang tamu, Vesta menatap Aldrin dengan wajah penuh kewaspadaan, seperti tengah menghadapi penjahat kelas berat.
"Apa yang barusan mau kamu lakukan, hah? Kamu nggak bisa menyakitinya. Kita harus pergi dari sini. Tempat ini... nggak aman lagi buat Freya."
Aldrin mengerutkan kening, masih memproses apa yang barusan terjadi. Ia bahkan belum sempat bicara, ketika Vesta membalikkan badan dan berjalan cepat menuju kamarnya dengan Freya dalam dekapan.
Ia berdiri mematung sejenak, lalu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Sejak kapan aku... membunuh kucing?" gumamnya bingung.
Ia menghela napas panjang, lalu menatap ke arah meja tempat ponsel Vesta masih menampilkan wajah Astra yang kini tertawa terpingkal-pingkal.
---🎀
Di balik pintu kayu berukir yang tertutup rapat, Archer tengah duduk di kursi kebesarannya-tegap, tenang, dan terkesan penuh perhitungan. Tangan kanannya memegang handphone, suaranya datar namun mantap.
"Ya. Saya sudah membereskan semuanya."
Hening sesaat. Suara dari seberang terdengar samar, membuat matanya menajam.
"Tidak, Astra belum tahu. Saya pikir... saya akan memberitahunya dalam satu atau dua hari."
Ia menyandarkan punggung, menghembuskan napas pelan, lalu melanjutkan, "Tentu. Terima kasih banyak."