🎀 22. Suka Mahen?

143 50 5
                                        

Semoga sukaa 💗💗

"Tidak semua yang tampak megah di luar benar-benar kokoh di dalam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tidak semua yang tampak megah di luar benar-benar kokoh di dalam. Terkadang, fondasi yang rapuh hanya menunggu waktu untuk runtuh."

—°•°🎀°•°—

Di kantin Fakultas Teknik, suasana ramai oleh mahasiswa yang menikmati makan siang mereka. Di salah satu sudut, Astra dan kelompoknya sedang berdiskusi serius.

"Jadi, apa yang harus kita lakukan? Mahen, kamu yakin ingin bergabung dengan kelompok kami?" tanya Saros sambil menatap Mahen dengan ekspresi penuh pertimbangan.

Mahen tidak langsung menjawab. Tatapannya jatuh pada Astra sebelum ia akhirnya berbicara, "Tergantung Astra. Aku akan tetap di kelompok ini jika dia mengizinkannya."

Antonio langsung menggeleng. "Dia tidak bisa! Kita selalu berempat dalam kelompok ini, dan itu sudah berjalan dengan baik. Tidak perlu mengubah apa pun."

'Puk.'

Saros menepuk kepala Antonio pelan. "Kenapa kamu seperti anak kecil yang sedang membagi tim sepak bola?" ujarnya setengah geli.

Antonio mendengus, lalu menoleh ke Stella. "Sebenarnya, Mahen tidak ingin berada di kelompok kita. Profesor yang memaksanya, kan? Bukan begitu, Stella?"

Stella mengangkat bahu santai. "To each his own. Aku juga tidak tahu pasti," jawabnya jujur.

"Tapi Mahen mahasiswa Teknik Komputer. Dia juara kelas. Dan proyek formula ini membutuhkan keterampilan tingkat dewa," ucap Saros, penuh harapan.

Suasana mendadak hening. Mereka semua menunggu Astra berbicara.

Mahen akhirnya memecah keheningan. "Jika Astra mengizinkan, aku akan tetap di sini. Jika tidak, aku bisa mencari kelompok lain."

Antonio menyeringai. "Memangnya cuma Astra yang punya suara di kelompok ini?"

Astra menarik napas dalam dan menatap mereka satu per satu. "Begini saja. Kita berlima—aku, Saros, Antonio, Stella, dan Mahen. Itu keputusan final. Oke?"

Mahen tersenyum tipis. "Baiklah. Beri tahu aku jika kalian membutuhkan bantuanku."

Tiba-tiba, Stella mendekat ke Astra dan berbisik, "Astra, bisakah aku bicara denganmu sebentar?"

Astra mengernyit. "Tentang apa?"

"Tentang kejadian pagi ini."

Astra menoleh sekilas ke Saros dan Antonio. "Mereka ikut?"

"Yang dia maksud kita, ya?" bisik Antonio pada Saros.

Saros mengangguk. "Kurasa begitu. Dia menatap kita."

Stella menghela napas lalu mengalihkan pandangannya ke Mahen, menatapnya tajam. "Kalau kamu merasa ada sesuatu yang mengikutimu, seperti energi gelap atau hantu jahat, aku bisa membawamu ke ustaz untuk rukiah," ucapnya datar.

L'Amour Retrouvé [Tidak Dilanjutkan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang