Isabella paham kalau nyawa adalah suatu yang mahal, untuk mempertahankan nyawanya agar ia tidak mati mengenaskan di tempat ini adalah menjadi berguna.
Sejak awal Isabella sudah menduga akan terjadi hal buruk padanya sejak ia memutuskan untuk menerima tawaran Killian untuk melakukan apa yang laki-laki itu perintahkan.
Pilihannya sejak awal hanya dua pilihan, Isabella mati di penjara karna perlakuan tahanan dan sipir penjara yang secara terang-terangan menindasnya atau mati menjalankan perintah Killian.
Jika Isabella mati di penjara, ibu Isabella yang juga ditahan di sana pasti juga akan berakhir sama seperti Isabella sedangkan mati karena menuruti perintah Killian hanya Isabella saja yang akan mati, Ibu Isabella akan mendapatkan kebebasannya dan bisa kembali pada adik laki-laki Isabella yang masih remaja, yang masih sangat membutuhkan peran sosok Ibu di sisinya.
Isabella akui ia memang sangat kecewa dengan Ibunya karena Ibunya masuk penjara demi melindungi orang yang paling Isabella benci, Isabella kecewa karena dulu saat Ayahnya dan selingkuhannya menyiksa Isabella, Ibunya tidak melakukan tindakan apapun untuk melindungi Isabella.
Ibu Isabella hanya menangis dan menangis, tidak pernah berdiri untuk membela Isabella dari tindakan abusif suami dan selingkuhan suaminya, namun ketika adik laki-laki Isabella yang dipukuli oleh Ayahnya, Ibu Isabella tidak akan berpikir dua kali untuk menjadikan tubuhnya sebagai tameng agar adik laki-laki Isabella tidak dipukuli.
Saat Ibu Isabella masuk penjara, Isabella merasa sangat terkhianati, merasa terkhianati karena Ibunya rela sampai masuk penjara demi menolong orang yang paling Isabella benci, sedangkan selama Isabella hidup Ibunya tidak pernah berdiri di hadapan Isabella untuk melindungi Isabella dari segala sesuatu hal yang menyakitiku baik secara fisik ataupun mental.
Isabella kecewa.
Isabella marah.
Tapi Isabella tidak bisa memungkiri bahwa ia tidak bisa melihat Ibunya memakai seragam tahanan dan jadi bulan-bulanan di penjara seperti dirinya, Isabella bersikap dingin, siap memukul dan membalas siapa saja yang merendahkan dirinya dan juga Ibunya agar mereka aman, agar para bajingan itu tidak semakin sepele terhadap Isabella dan Ibunya.
Bohong jika Isabella bilang ia tidak takut dengan para tahanan gila dan sipir penjara yang tidak profesional itu, tubuh Isabella cenderung kecil, tubuh Isabella lebih kurus dari yang lainnya, tapi setiap mereka meremehkan atau dengan sengaja menindas Isabella dan Ibunya maka Isabella tidak akan ragu untuk menghajar mereka, walau pada akhirnya Isabella akan berakhir dikeroyok hingga babak belur.
Melawan saja diperlakukan seperti binatang apa lagi tidak. Itu yang ada di pikiran Isabella saat masih mendekam di lapas.
Keputusan Isabella sudah final saat ia memutuskan untuk mati menjalankan perintah Killian, tapi setelah melihat dua kepala orang yang membantunya masuk ke tempat ini ditembak di depan matanya sendiri membuat Isabella menyadari satu hal.
Sebenarnya Isabella takut mati, bukan takut akan ada yang menangisi kematiannya karna Isabella tahu tidak akan ada orang yang meneteskan air mata bahkan jika melihat mayatnya tergeletak di pinggir jalan, Isabella hanya takut dengan rasa sakitnya, seumur hidup yang Isabella rasakan selalu rasa sakit, Isabella tidak ingin mati dengan cara yang menyakitkan pula.
Itu tidak adil.
Haha.
Isabella menertawai dirinya sendiri, berani sekali seorang penjahat sepertinya bicara soal keadilan.
Padahal Isabella sendiri yang membawa dirinya dalam masalah ini, kalau saja.. kalau saja Isabella tidak termakan oleh amarahnya, oleh rasa bencinya terhadap Olivia dan andai saja Isabella tidak mencoba merusak wajah dan tubuh cantik Olivia yang selalu membuatnya merasa iri itu, Isabella tidak akan berakhir masuk penjara.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUDAS [END]
RomanceIsabella Blair dapat bebas bersyarat dari penjara, Isabella diharuskan mengikuti perintah dari seseorang yang mengaku sebagai detektif bernama Killian, detektif itu mengirim Isabella bekerja sebagai Stripper di rumah hiburan bernama Devil's Allure. ...