Pagi itu Annelise sibuk sekali, dia sibuk berkeliling ke sana kemari di istana. Membagikan kue-kue lezat buatannya kepada semua orang. Mulai dari Sang Raja, Ratu, Brianna, dan orang-orang yang ditemuinya termasuk Perdana Menteri.
Satu-satunya orang yang tidak Annelise kasih adalah orang yang tak ada di istana seperti kakak ipar laki-lakinya dan tunangannya sendiri, Sebastian Calliope.
Kalau Sebastian sih... tak usah ditanya mengapa pemuda itu tak mau, Annelise didengar saat sedang bicara saja sudah syukur sekali. Selain itu, Annelise tak bisa mengharapkan apapun lagi meski statusnya adalah tunangan Sebastian.
Karena terbiasa melakukan ini itu sendiri, Annelise berniat pergi ke pasar kota untuk membeli bahan-bahan kuenya yang habis secara mandiri. Dia tak memberitahu siapapun namun sial--di pertengahan jalan dari kamar menuju teras depan bangunan istana, Annelise malah berpapasan dengan sang Ratu. Wanita bernama Serophine Calliope itu menghentikan langkahnya dan bertanya kemana Annelise akan pergi.
"Salam Ibu," Annelise membungkuk hormat pada Serophine.
"Kemana kau akan pergi pagi-pagi sekali, Annelise?" wanita itu bertanya sambil menatap tunangan putra bungsunya dari atas ke bawah.
"Aku berniat pergi ke pasar kota untuk membeli bahan-bahan kue." Jawab Annelise jujur, ia tidak pernah bisa bohong kalau pada Serophine.
"Kenapa tak suruh pelayan saja?" celetuk wanita itu terdengar seperti sedang marah namun sebenarnya tidak.
Annelise mengulas senyum tipis sebelum menjawab. "Aku sekalian ingin mengunjungi makam... ibuku..."
"Oh..." Serophine mengangguk, dilihatnya ke sekitar dan seolah bak pucuk dicinta ulam pun tiba... Sebastian muncul, pemuda itu sedang lewat dengan langkah cepat.
"Sebastian!" panggil Serophine pada putranya itu. "Kemari."
Sebastian memutar langkah, ia yang tadinya mau ke kamar setelah muak jalan-jalan di sekitar taman mencari udara segar beberapa jam lalu, kini harus berhadapan dengan tunangannya sendiri yang membosankan.
"Ya, Bu?"
Serophine berdehem. "Temani Annelise ke pasar kota." Titahnya. "Tidak ada alasan sibuk atau semacamnya. Annelise adalah tunanganmu dan sudah sepantasnya kau menjaganya dengan baik. Dan kau, Annelise...!" tegasnya sambil menunjuk serta menatap tajam ke mata Annelise lamat-lamat. "Aku tak mau mendengar alasan ini itu. Pergilah bersama Sebastian."
Seolah bisa membaca pikiran keduanya, Serophine lebih dulu mengantisipasi dengan memberi titah lainnya supaya dari antara mereka tidak ada yang menolak berada dalam satu waktu yang sama.
Sebastian menghela nafas pelan, tak ada suara. Dia hanya berbalik melangkah dan berjalan cepat menuju pintu keluar istana diikuti oleh tunangannya, Annelise, yang lebih dulu membungkuk hormat pada Serophine.
"Tunggu, Yang Mulia...!" Annelise kewalahan mengejar langkah Sebastian.
Pemuda itu menoleh sekilas, dia berhenti tepat di depan sebuah kereta kuda kerajaan yang selalu standby di depan istana bersama kusirnya. Agar memudahkan anggota kerajaan yang ingin berpergian.
"Cepatlah!" desis Sebastian lebih dulu menempatkan dirinya masuk ke dalam kereta kuda tanpa ada niat sedikitpun membantu Annelise padahal nantinya pemuda itu tergila-gila pada Annelise.
Annelise masuk dengan perlahan lalu duduk di hadapan Sebastian. Gadis itu menunduk, meremas tangannya sendiri. Membuat Sebastian jadi merasa agak jengkel.
Saat kereta yang ditarik kuda mulai berjalan, tak ada perbincangan diantara mereka. Atau bahkan Annelise sama sekali tidak mencoba untuk berbicara dengan tunangannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
How To Survive From Sebastian
FantasySetelah meninggal karena bunuh diri dan dihidupkan lagi sebagai Ava Eulalie-seorang figuran novel yang dibunuh pada bagian prolog karena memergoki aksi pembunuh berantai yang tak lain dan tak bukan ialah Pangeran Mahkota Sebastian Calliope. Kini ia...