SEBAS : VOTELAH & RAME BIAR DABEL UP( ̄へ  ̄ 凸
"Yang Mulia, saya perlu bicara." Redrick berucap pada Sebastian, membisiki telinga pemuda yang sedang duduk di kursi tahtanya saat ini.
"Katakanlah." Sebastian mengizinkan.
"Saya khawatir mengenai Kekaisaran Haeresi, pemimpinnya adalah pria gila berambisi yang bernama Hael Theron." Ucap Redrick menjelaskan. "Dari kabar yang saya dengar melalui teman-teman saya di wilayah lain, Kaisar Hael Theron sedang melakukan perebutan wilayah dan penundukkan paksa melalui jalan peperangan bagi wilayah Kerajaan yang tidak bersedia diakuisisi menjadi bagian dari Kekaisarannya."
"Kau khawatir dia akan menyerang Orpheus?" sambar Sebastian cepat.
Redrick mengangguk. "Bukan khawatir lagi, Yang Mulia. Bisa jadi Orpheus adalah tujuan mereka selanjutnya. Orpheus adalah satu dari beberapa wilayah yang belum ditundukkan oleh Kekaisaran Haeresi." Jelasnya.
Sebastian tersenyum miring seraya mengusap dagunya, memasang ekspresi penuh percaya diri di wajahnya saat ini. "Kau tidak perlu takut apalagi merasa khawatir Redrick, selagi aku yang memimpin Orpheus maka semua akan baik-baik saja. Tak ada seorangpun yang dapat mengambil alih kekuasaanku dari tanganku ini."
"Saya benar-benar berharap anda lebih waspada, Yang Mulia." Nasehat Redrick cemas. "Kaisar Hael Theron hampir tak pernah terkalahkan."
"Dia hanya belum dikalahkan, bukan tidak mungkin." Nada angkuh terdengar dalam kalimat Sebastian. "Lagipula dia tidak akan secepat itu menyerang Orpheus. Namun untuk jaga-jaga aku akan mendengarkanmu, rekrutlah prajurit baru dan perketat keamanan di perbatasan. Kirim juga mata-mata kita untuk menyelidiki pergerakan Kaisar Hael Theron itu."
Redrick mengangguk patuh lalu membungkuk hormat, "segera saya laksanakan perintah anda."
Setelahnya Redrick pergi meninggalkan aula tahta, menyisakan Sebastian sendiri di tempat itu. Duduk sambil memangku mahkota kesayangannya dan meratapi nasib setelah ditolak mentah-mentah oleh Ava.
"Aku tidak akan menyerah." Putusnya lalu bangkit dan menuruni anak tangga secepatnya. "Akan kubuat dia menyatakan sendiri perasaannya padaku."
Tekad itu membawa Sebastian kembali mendatangi Ava diruangannya hari ini, gadis itu sedang ditata rambutnya ketika Sebastian tiba-tiba masuk dan menarik tangan Ava. Membawa gadis itu berlari bersamanya. Sudah jelas Ava mengomel di belakang sana namun Sebastian abaikan.
"Hei, kau mau bawa aku kemana!?" tanyanya berseru tapi tidak dijawab, Sebastian memang edan.
Ava berdecak. "Sebastian! Aw!" ia refleks melompat saat hampir menginjak kotoran kucing, untungnya tidak jadi.
Mendengar teriakan pelan Ava, Sebastian menoleh sekilas. Hanya sekilas lalu mempercepat larinya sehingga memaksa Ava yang tak mau berakhir terseret seperti sekarung beras turut mempercepat laju larinya sambil menjinjing rok gaunnya.
Mereka berlari keluar istana. Melewati penjaga yang refleks secara serentak membungkukkan badan, memberi penghormatan pada mereka lalu kembali menutup pintu gerbang istana saat keduanya sudah menjauh.
"Sebastian, hentikan!" Ava mulai terengah dan sempat nyaris tersungkur kalau tidak ditahan oleh Sebastian.
"Hahh... hahhh..." suara nafas gadis itu bersahutan dengan nafas milik Sebastian.
Tetapi, percayalah bahwa Sebastian sama sekali tidak merasa lelah. Pemuda itu justru merasa bersemangat dan antusias karena ingin menunjukkan seperti apa Orpheus pada siang hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
How To Survive From Sebastian
FantasySetelah meninggal karena bunuh diri dan dihidupkan lagi sebagai Ava Eulalie-seorang figuran novel yang dibunuh pada bagian prolog karena memergoki aksi pembunuh berantai yang tak lain dan tak bukan ialah Pangeran Mahkota Sebastian Calliope. Kini ia...